Jakarta,Lampungnews.com-Upaya melawan tindak terorisme bisa dilakukan dengan apa saja. Salah satunya melalui pendekatan seni.
Pengamat terorisme Mohammad Nuruzzaman menilai, seni menjadi unsur penting dalam berbagai praktik ritual keagamaan. Salah satunya melawan penyebaran paham radikalisme yang kian massif.
“Melalui cara tertentu, seni bahkan bisa menjadi sarana pencerahan dan pembebasan manusia dari keterkungkungan sikap-sikap rendah (terorisme dan radikalisme),” kata Nuruzzaman di Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Nuruzzaman mencontohkan film Sayap Sayap Patah. Film ini mengangkat kisah romansa di balik insiden berdarah yang terjadi di Mako Brimob pada 2018 silam.Lewat film ini, penonton diajak untuk merenungi fenomena terorisme dan berbagai tindakan kekerasan yang terjadi di sekitar masyarakat.
“Melalui film, kita tidak hanya membuka mata kepala, tapi juga mata hati. Melalui mata hati itulah film ini mengirim pesan bahwa di setiap peristiwa kekerasan, ada cinta yang terluka di baliknya” imbuh Nuruzzaman.
Ia menuturkan, tidak boleh ada pemikiran dan perilaku kekerasan sebagaimana yang dipertontonkan seorang teroris untuk bisa diterima dalam keIndonesiaan. Nuruzzaman menyebut, keindonesiaan adalah sikap kebangsaan yang punya hati.
“Tanpa hati, keindonesiaan kita hanya akan menjadi retorika untuk permusuhan dan pertumpahan darah,” jelas mantan petinggi Banser NU ini.
Nuruzzaman meyakini, seni tetap mampu menjaga dirinya sebagai sarana hiburan yang memungkinkan penikmatnya untuk keluar dari kelelahan dan kepenatan. Termasuk menekan penyebaran paham radikalisme dan terorisme.
“Justru di sinilah kekuatan sebuah seni. Ia bisa mengirimkan pesan apapun, termasuk pesan-pesan perlawanan terhadap terorisme, dengan cara yang tetap indah. Publik tidak merasa digurui karena yang disentuh adalah hati,” imbuh dia. (*)