• Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Redaksi
Lampungnews.com
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Bandar Lampung
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Lipsus
  • Lifestyle
  • Lampung Foto
  • Video
  • Advetorial
  • Home
  • News
    • Bandar Lampung
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Lipsus
  • Lifestyle
  • Lampung Foto
  • Video
  • Advetorial
No Result
View All Result
Lampungnews.com
No Result
View All Result

(Feature) Kegeraman Rere Atas Kerusakan Alam

Prana Sukma Adji by Prana Sukma Adji
3 Maret 2017
in Nasional, News
(facebook)

(facebook)

61
SHARES
60
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
(facebook)

Bandar Lampung, Lampungnews.com – Ribuan hektar hutan dibakar. Orang utan dibantai. Gajah dibunuh. Harimau diburu. Perilaku barbar ini ditangkap dan dikritisi untuk diungkap ke publik oleh Regina Septiarini Safri (Rere) melalui bidikan kameranya. Dia geram atas kerakusan manusia terhadap alam.

Puncak kegeraman pewarta foto LKBN Antara yang telah belasan tahun bergiat di dunia jurnalistik ini pun terpatik saat dia masuk hutan di Kalimantan pada 2011 lalu. Perempuan berusia 33 tahun yang awalnya hanya ingin memotret kehidupan orang utan ini berpikir dalam. Dia tak habis pikir, kenapa primata langka ini kurang perhatian, baik itu dari pemerintah maupun masyarakat.

“Awalnya liputan biasa, lama-lama jadi suka. Melihat orang utan ini dibantai, hutannya dibakarin aku jadi berpikir bagaimana keadaan mereka selanjutnya kalau ini dibiarkan terus. Bergerak dari orang utan di Kalimantan ini aku buat buku,” kata Rere saat dihubungi lampungnews.com, melalui sambungan telepon, Kamis (3/3).

Kecintaannya terhadap satwa-satwa langka ini pun semakin kuat. Medio 2013 Rere kembali memutuskan untuk menjelajah hutan di Sumatera, dari Aceh hingga Lampung. Perjalanan keluar masuk hutan ini ia tuntaskan dalam kurun waktu tiga tahun.

Di Sumatera, beragam cerita tentang kebarbaran manusia atas alam kembali didapatkannya. Satwa langka seperti harimau, badak, gajah, dan orang utan menjadi inspirasinya untuk segera dimuntahkan dalam sebuah karya buku.

“Untuk buku yang akan di-launching ini aku memang akan mengangkat perjalananku tiga tahun keluar masuk hutan ini. Selain keempat satwa tadi, aku juga mengangkat soal suku pedalaman Jambi dan Mentawai, tentang forest crime seperti pembalakan liar, pembantaian satwa, perburuan, dan pembakaran hutan,” katanya.

Dari perjalanannya di Sumatera, Rere mengaku mendapatkan pengalaman luar biasa dalam hidupnya. Di Jambi, misalnya, untuk mendapatkan foto dan bahan liputan yang lengkap, Rere harus tinggal berbulan-bulan dengan suku pedalaman, Suku Talang Mamak.

“Untuk Sumatera ini banyak pengalaman yang penting dalam hidupku. Waktu aku tinggal dengan suku Talang Mamak kurasakan yang paling beda. Karena aku harus makan dan tinggal sama mereka, susah sinyal, merasakan mandi di sungai, jauh dari kehidupan pada umumnya. Aku jadi lebih bersyukur dengan kondisiku yang sekarang, dari mereka aku jadi banyak belajar. Makanya aku berusaha ingin bantu dengan apa yang aku bisa,” ujarnya.

Provinsi Lampung diakui Rere sebagai tempat yang paling sering dia kunjungi. Taman Nasional Way Kambas selalu menjadi tempat yang wajib ia datangi. Mulai bertemu dengan gajah jinak hingga ikut patroli bersama gajah liar.

“Aku sempat ikutan mau pasang GPS ke gajah liar. Aku dapat pengetahuan penting bagaimana nanti kalau ketemu dengan gajah liar di hutan. Katanya kalau ketemu gajah liar larinya jangan lurus tapi zig zag, terus kalau pakai baju luaran harus dilepas dan dilempar karena gajah mendeteksi lewat indera penciuman pertamanya. Memotret yang begini punya sensasi yang beda, deg-degan dan adrenalin kita terpacu,” katanya. (El Shinta)

0
SHARES
ShareTweet
Tags: news featurepewarta fotoRegina Septiarini Safrisatwa liar
Previous Post

BSM Jamin Simpanan Haji Aman

Next Post

(Foto) Telepon Koin, Saksi Cinta Generasi 90an yang Tergerus Zaman

Related Posts

IFN Indonesia Dialogues 2025 Siap Digelar, Bahas Masa Depan Keuangan Syariah di Indonesia

17 Mei 2025
8

Mensos Gus Ipul: Lebih dari 9.000 Calon Siswa Terdaftar di Sekolah Rakyat 

16 Mei 2025
6

PRIMA Dukung Kebijakan Presiden Prabowo Wujudkan Pasal 33 UUD 1945

7 Mei 2025
32

LPPOM MUI Dorong Sertifikasi Halal Ratusan Tempat Penggilingan Daging di Indonesia 

6 Mei 2025
12
Next Post
Kondisi telepon koin yang rusak dan tidak digunakan lagi. (Lampungnews/El Shinta)

(Foto) Telepon Koin, Saksi Cinta Generasi 90an yang Tergerus Zaman

Seorang anak sekolah dijemput menggunakan mobil. (Lampungnews/El Shinta)

(Foto) Kemacetan Saat Jemputan Anak Sekolah Berdatangan

Lokasi dijanjikan untuk lahan makam yang kini menjadi lokasi bakal berdirinya Islamic Center yang akan dibangun tahun ini. Foto Lampungnews/Anton Nugroz/17

Dapat Janji Lahan Pemakaman, Warga Pringsewu Senang

Ilustrasi. Ist

LBH: Keadilan Untuk Petani Tulangbawang Belum Ada

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA ACAK

Daerah

Banyak Jalan Rusak di Lamteng, Warga Menilai Program Mustafa Hanya Pencitraan, Masa Sih?

19 Agustus 2017
70
Hukum

Polisi Tangkap Oknum Pungli Imigrasi Bandarlampung

21 Januari 2017
37
Nasional

Coca-cola Buka Pelatihan Bagi Para Pelatih Sepak Bola

19 Agustus 2018
25
Bandar Lampung

Samsul Girang Truknya Tidak Terbakar

11 April 2017
99
Nasional

Prosedur Pencairan BOS Madrasah Swasta Tahun 2023 Senilai Rp4 Triliun, Cek Disini

18 Januari 2023
22
Lampungnews.com

Copyright@2019

Lampungnews.com adalah salah satu portal berita yang menyuguhkan informasi berkualitas, dalam bentuk berita tulis/teks, berita foto maupun video. Dengan tagline Dinamis dan Inspiratif. Kami hadir selama 24 jam atau 7 hari dalam sepekan.

  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Redaksi

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Bandar Lampung
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Lipsus
  • Lifestyle
  • Lampung Foto
  • Video
  • Advetorial

Copyright@2019