Bandarlampung, Lampungnews.com – Para petani Kendeng, Rembang, Jawa Tengah kembali melakukan perlawanan atas eksploitasi pegunungan karst oleh Semen Gresik. 10 orang petani ‘mengecor’ kaki mereka di depan Istana Negara.
Dilansir dari bbc.com, ini adalah aksi protes terhadap kebijakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang kembali menerbitkan izin untuk PT Semen Indonesia.
Tanggal 5 Oktober 2016 Mahkamah Agung mengeluarkan Putusan Peninjauan Kembali Nomor 99 PK/TUN/2016 yang mengabulkan gugatan petani Kendeng dan mencabut Izin Lingkungan Pembangunan dan Pertambangan Pabrik PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang.
Sebelumnya Presiden Jokowi (2/08/16) menerima para petani Kendeng dan memerintahkan Kantor Staf Presiden bersama Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Presiden juga meminta penundaan semua izin tambang di Pegunungan Kendeng.
Tim Kajian Lingkungan Hidup Strategis menyimpulkan bahwa kawasan cekungan air tanah Watu Putih di Kendeng merupakan kawasan karst yang harus dilindungi dan tidak boleh ditambang.
Walaupun sudah ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan perintah presiden, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, kembali mengeluarkan izin lingkungan baru (23/02).
Maka 10 petani Kendeng kembali ke Jakarta dan melakukan aksi “mengecor” kaki mereka dengan Semen Gresik/Indonesia sebagai tanda protes matinya/tidak berdayanya hukum dan menagih janji serta keberanian Presiden Jokowi.
Para petani khawatir eksploitasi terhadap pegunungan karst di kampung mereka akan merusak kelestarian alam dan mengancam cadangan air yang vital untuk pertanian.
Salah satu orator menyebut, Indonesia tak butuh semen karena sudah surplus. Sementara yang lain menggarisbawahi eksploitasi dan perlawanan masyarakat atas pabrik semen di wilayah Sulawesi, seperti yang disaksikan oleh wartawan yang melaporkan untuk BBC Indonesia, Hilman Handoni.
Orator juga mendesak agar Presiden Joko Widodo segera ikut campur menghentikan ancaman atas kelestarian alam di Kendeng.
Tahun lalu aksi serupa juga dilakukan oleh sembilan perempuan dari Kendeng. Aksi mengecor kaki dengan semen ini segera menarik perhatian Istana.
Pukul 18.00, para petani mulai “diangkut” dari pelataran Monas di seberang Istana. Besok mereka rencananya akan melakukan aksinya kembali di tempat yang sama. (*)