Bandarlampung, Lampungnews.com – Lapas Rajabasa yang dulu terkenal sebagai tempat buangan para penjahat kelas kakap kini mulai berubah. Nuansa islami menjadi kental di penjara ini.
Setidaknya itulah yang dirasakan mantan Bupati Lampung Tengah Andy Achmad yang menjadi penggagas Pondok Pesantren (Ponpes) Darut At Taubat di penjara bernama resmi Lapas Klas 1A Bandarlampung tersebut.
Baginya, penjara adalah suatu proses untuk membentuk karakter yang lebih baik lagi. Selain diberikan pembelajaran untuk masa depan, dipenjara juga bisa menimba ilmu agama.
“Selama ini image masyarakat bahwa penjara adalah hal yang kotor atau tidak ada manusiawinya itu salah. Karena penjara sekarang bukan seperti penjara jaman Belanda,” katanya, kemarin.
Pelantun lagu Tanah Lado ini sedikit bercerita selama dirinya menimba ilmu agama di lapas.
“Saya bukan betah disini lho. Tapi, kalau Allah masih menghendaki saya disini, saya merasa ada suatu hikmah yang saya terima. Saya sudah mengalami segala hal duniawi, akhirnya yang kita bawa ya ini, amal ibadah. Istri cantik sampe kuburan nanti pulang, mobil anak-anak berebutan, kalau dunia tidak ada habisnya,” ujar Kanjeng, sapaan akrabnya.
Andy Achmad sendiri sudah menghuni Lapas Rajabasa sejak 2012 lalu. Dia divonis 12 tahun penjara dan denda Rp500 juta serta wajib membayar uang pengganti Rp2,5 miliar karena menempatkan dana kas daerah (APBD Lampung Tengah) Rp28 miliar di BPR Tripanca Setiadana yang kemudian bangkrut.
Niatnya untuk mengubah suasana dan atmosfer lapas itu perlahan tercapai. Sebuah gudang yang berada di dalam lapas menjadi lokasi ponpes itu. Gudang ini juga beralih fungsi menjadi masjid dan bisa menampung sebanyak 850 orang.
“Tadinya gudang yang sangat kotor tempat baju, kasur-kasur buruk dan seperti tempat yang tidak karuan. Nah setelah masuk disini, kita bentuk suatu paguyuban kecil, kita mulai dengan membentuk suatu pengajian akhirnya menjadi suatu pondok pesantren. Dan Insya Allah surat izinnya sudah keluar,” katanya.
Dengan adanya pondok pesantren itu, Kanjeng dan narapidana lain bisa belajar dan saling berbagi ilmu agama. Selain itu, dirinya bisa lebih dekat lagi dengan Yang Maha Kuasa.
“Di pesantren ini, kalau subuh warga binaan sudah zikir dan salat. Yang terpenting kita juga bisa melihat bahwa di dalam penjara itu tidak seburuk yang kita pikirkan. Mereka keluar nanti sudah ada yang berani qultum, ada yang dari nol sudah bisa ngaji, bahkan hafiz Alquran dan sebagainya,” katanya.
Dia menambahkan, banyak bantuan dari berbagai pihak untuk membangun pesantren ini. Disamping bantuan donatur dari luar, ada juga dari pihak keluarga narapidana yang memberikan sumbangan.
“Karena kita tau juga dana pemerintah ini terbatas, dan ini juga atas inisiatif para pemimpin kita disini untuk menghimbau dan mendorong bahkan terjun kebawah menyemangatkan warga binaan. Harapan seorang keluarga besar anak nya keluar bisa berubah, apa lagi yang masih muda selain belajar tapis juga belajar ilmu agama. Insya Allah, terutama pesantren ini merupakan suatu penyejuk,” katanya. (Adam)