Bandarlampung, Lampungnews.com – Meskipun pernah habis dihantam letusan gunung Krakatau, masjid yang berusia ledih dari 1 abad ini pondasinya masih kokoh dan besinya pun masih sama seperti pertama kali masjid ini dibangun pada tahun 1839 Masehi.
Masjid yang berukuran 6000 meter per segi yang terletak di Jalan Laksamana Malahayati no 100, Kangkung, Telukbetung Selatan, Bandarlampung ini dikenal dengan nama Masjid Jami Al-Anwar.
Sampai kini, warga setempat masih memanfaatkan masjid ini untuk shalat dan mengaji. Pemrakarsa pembangunan masjid ini sendiri adalah seorang KH Muhammad Ali dan KH Muhammad Shaleh asal Selawesi Selatan.
“Masjid ini dibangun lagi pada tahun 1992 setelah berakhirnya letusan gunung Krakatau. Sebelumnya, pada tahun 1988 masjid ini habis akibat letusan gunung Krakatau,” kata pengurus masjid bidang perpustakaan Rusdi, Senin (29/5).
Ia mengatakan, kedua orang yang pertama kali membangun masjid tersebut adalah seorang penyebar agama Islam di Lampung. Bahkan, salah satu dari mereka yakni, KH Muhammad Ali pernah diberi pedang emas dan rantai emas oleh Belanda untuk pengamanan.
“Dulu wilayah Gudang Agen, Telukbetung, masih banyak orang Belanda. Wilayah itu juga adalah Pelabuhan pertama sebelum Panjang. Dari situ beliau pernah diberi oedang emas dan rantai emas untuk keamanan. Pemberian itu sampai saat ini masih ada diwilayah Jakarta tempat Datuk Maringgi dan keturunannya Siti Nurbaya,” terangnya.
Selain itu, masjid ini juga meninggalkan sejarah peninggalan seperti al-qur’an, beduk dan kendi. Ketiga benda tersebut mempunyai umur sekitar 100 tahun lebih.
Tak hanya itu, masjid ini juga mempunyai sumur yang tak pernah habis airnya sampai saat ini. Konon, air sumur ini memiliki khasiat untuk penyembuhan segala penyakit. Tidak hanya masyarakat sekitar yang mempercayai, namun masyarakat luar kota juga mempercayai khasiat dari air tersebut.
“Macam-macam kegunaan, salah satunya untuk bayi yang lama proses berjalan tinggal ditepukam saja kakinya mengginakan air tersebut. Tapi mengambil nya pada hari Jum’at, terkadang ada warga yang mengambil dan diletakan didepan imam. Setelah selesai mereka baru mengambilnya,” ujarnya. (Adam)