Ritual pemanjatan paritta doa umat Buddha di altar dengan meletakkan amise puja di Vihara Thay Hin Bio pada Hari Waisak 2561 BE, Kamis (11/05). Amise puja merupakan penghormatan benda seperti lilin, dupa, buah, air, dan bunga. (Lampungnews/El Shinta)
Bandarlampung, Lampungnews.com – Dalam ruangan yang didominasi dengan berwarna emas, dupa-dupa dibakar, lilin-lilin dinyalakan dan doa-doa dipanjatkan dari bibir para umat kepada Sang Buddha.
Pagi itu, ratusan umat Buddha bergembira merayakan Hari Waisak 2561 BE di Vihara Thay Hin Bio. Setelah memasuki vihara, umat yang datang memasang dupa yang sudah dibakar.
Seorang umat Buddha menghidupkan lilin pada peringatan Hari Waisak 2561 BE di Vihara Thay Hin Bio, Telukbetung, Kamis (11/5). Menghidupkan lilin memiliki arti sebagai penerangan dalam hidup selama satu tahun ke depan. (Lampungnews/El Shinta)
Lalu beranjak memandikan rupang Pangeran Siddharta dengan air suci yang dipenuhi bunga-bunga. Umat pun memanjatkan paritta doa untuk kebahagian semua makhluk yang ada di muka bumi ini.
Sejumlah umat Buddha memandikan rupang Pangeran Siddharta dan memanjatkan doa pada peringatan Hari Waisak 2561 BE di Vihara Thay Hin Bio, Telukbetung, Kamis (11/5). Pemandian rupang ini memiliki arti sebagai simbol pensucian dari kekotoran batin seperti iri, dengki, amarah, dan serakah. (Lampungnews/El Shinta)
Hari Waisak sendiri diperingati setiap bulan Mei pada saat terang bulan atau purnama sidhi. Waisak sejatinya memperingati tiga peristiwa penting atau lebih dikenal dengan nama Trisuci Waisak. Yaitu lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 SM.
Seorang umat Buddha memanjatkan doa sembari memegang dupa pada peringatah Hari Waisak 2561 BE di Vihara Thay Hin Bio, Telukbetung, Kamis (11/5). Hari Waisak dirayakan setiap bulan Mei pada waktu bulan purnama untuk memperingati tiga peristiwa penting atau biasa disebut “Trisuci Waisak”. (Lampungnews/El Shinta)
Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 SM, dan Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun 543 SM. (El Shinta)