Lampungnews.com – Sekitar 40 warga Jerman dari berbagai lembaga yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan hak asasi manusia, menggelar aksi solidaritas untuk para petani di daerah Jawa Tengah, Kendeng, di depan Balaikota Heidelberg, Rabu (10/05).
Lima pengunjuk rasa bahkan menyemen kakinya pula, meniru aksi para petani Kendeng di depan Istana Presiden di Jakarta, pada pertengahan Maret lalu, seperti dilansir dari BBC Indonesia.
Aksi tersebut dilakukan bertepatan dengan berlangsungnya Rapat Umum Pemegang Saham Heidelbergcement, pabrik semen yang memiliki saham mayoritas di PT Indocement Tunggal Prakasa yang akan mendirikan pabrik semen baru di Pati, Jawa Tengah.
Salah seorang yang ikut menyemen kakinya, Basilisa Dengen, berharap aksinya akan membuat pihak perusahaan tidak melakukan standar ganda dalam melindungi lingkungan hidup, khususnya di wilayah Pegunungan Kendeng.
“Kami coba bangkitkan kesadaran warga Jerman akan keadaan ini. Dan karena semen ini berhubungan langsung dengan Jerman, banyak dari mereka bisa mengerti dan ikut menyuarakan keprihatinan saudara-saudara di Pati,” kata Basilisa, perwakilan Watch Indonesia, kelompok pegiat di bidang hak asasi manusia dan lingkungan hidup.
Unjuk rasa di depan Balaikota Heidelberg itu juga dihadiri oleh Gunarti, pegiat Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) yang sudah berada di Jerman sejak 23 April lalu untuk menggalang dukungan atas nasib mereka di Kendeng.
“Tujuan kami ingin membuka hati dan mengetuk hati saudara-saudara di Jerman, terlebih lagi khsusnya pemegang saham dan dan yang punya Heidelbergcement.”
Gunarti menambahkan bahwa para petani di Kendeng juga merasa terancam dengan rencana pendirian pabrik semen PT Indocement yang sudah dimulai sejak tahun 2010.
“Kalau ada pabrik semen, akan menambah kesengsaraan kami sebagai petani karena begitu lahan diambil, kami sudah tidak bisa bertani lagi dan begitu gunung diambil maka sumber air sudah tidak ada lagi. Padahal sumber air dan tanah itu kan sumber kehidupan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan,” jelasnya.
Dukungan terhadap para petani Kendeng ini diungkapkan oleh Leah Schmid, seorang mahasiswa Universitas Heidelberg yang ikut dalam aksi tersebut.
“Kami tidak bisa diam saja menyaksikan perusahaan Heidelbergcement mendirikan pabrik semen yang akan mengorbankan sumber air warga di Indonesia,” ujarnya. (*)