Lampungnews.com – Chester Bennington memilih untuk mengakhiri hidupnya. Hampir sepanjang hidup, Chester selalu dihantui depresi yang didapatkan sejak kecil.
Teriakan menggelegar Chester di atas panggung seakan menjadi luapan pergulatan batin dalam jiwanya. Lirik yang dalam dan menyakitkan adalah gambaran nyata, betapa sakitnya Chester.
Nyatanya, seberapapun menyakitkannya lirik yang ditulis Chester, publik justru menerima. Chester Bennington menjadi figur penting dalam scene rock Amerika Serikat abad 21. Bersama Linkin Park, ia memimpin genre nu metal hingga mencetak penjualan album lebih dari 70 juta di seluruh dunia.
Lagu-lagu menyakitkan Linkin Park semacam Numb, In The End, Faint, Heavy adalah kata-kata yang bisa mewakili perjalan hidup Chester. Rock star itu adalah bukti nyata, bullying tidak bisa dipandang sebelah mata.
Sejak kecil, Chester menjadi korban bullying. Bahkan, dia pernah menyebut bahwa teman-temannya memperlakukan dia selayaknya anjing.
Lahir di Phoenix, Arizona, pada 20 Maret 1976, Chester dibesarkan oleh ibu yang bekerja sebagai perawat dan ayah yang berprofesi sebagai detektif investigasi untuk kasus-kasus kekerasan pada anak. Setelah orang tua mereka bercerai, Chester tinggal bersama ayahnya.
Dilansir NME, Chester mengalami masa kecil yang berat. Dia pernah mendapatkan pelecehan seksual dari lelaki yang lebih tua, ketika umur 7 sampai 13 tahun. Chester mulai mengenal opium, amphetamine dan kokain sebagai pelarian. Di sekolah, dia jadi korban bullying.
“Aku diganggu seperti boneka kain di sekolah karena bertubuh kurus dan terlihat berbeda,” kata Chester dalam sebuah wawancara.
Chester juga menyalurkan perasaannya lewat karya artistik seperti puisi, gambar dan menulis lagu. Gambaran betapa tidak berdayanya Chester terwakili dalam lagu Numb.
I’m tired of being what you want me to be
Feeling so faithless, lost under the surface
Don’t know what you’re expecting of me
Put under the pressure of walking in your shoes
Every step that I take is another mistake to you
I’ve become so numb, I can’t feel you there
Become so tired, so much more aware
I’m becoming this, all I want to do
Is be more like me and be less like you
Chester sudah berusaha untuk menghilangkan depresi dan kenangan menjadi korban bullying saat kecil. Tapi usaha panjangnya tetap tidak menemui hasil.
Sudah bertahun-tahun, Chester juga berusaha lepas dari ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan. Tapi, ternyata semua itu begitu berat bagi Chester.
Hidup ayah 6 anak itu memang tidak mudah. Bennington telah membocorkan kesulitan hidupnya di single pertamanya dari album terbaru Linkin Park, ‘Heavy’.
Di lagu bernuansa pop tersebut, Linkin Park berkolaborasi dengan penyanyi wanita bernama Kiiara.
‘Heavy’ memang berbeda dari lagu-lagu Linkin Park sebelumnya, seperti ‘Papercut’ dan ‘Somewhere I Belong’. Bahkan, lagu tersebut sempat mendapat kritik pedas dari para penggemar karena tak lagi menghadirkan nuansa nu metal seperti lagu-lagu mereka di album ‘Hybrid Theory’.Dalam lirik tersebut, terdapat kalimat ‘If I just let go, I’d be set free’ atau ‘Jika saya melepaskannya, saya akan dibebaskan’.
Saat berjuang menjadi manusia lebih baik, Chester tiba-tiba jatuh sedalam-dalamnya. Kematian sahabat terdekatnya, Chris Cornell membuat Chester begitu terpukul.
Cornell, vokalis band Soundgarden, ditemukan tewas dengan tali melilit di leher pada 18 Mei 2017 di kamar hotel MGM Grand di Detroit. Padahal sehari sebelumnya dia masih manggung dengan Soundgarden di Fox Theatre.
Chester dan Cornell adalah sahabat karib. Keduanya sempat tur bersama di akhir tahun 2000-an. Keduanya punya kesamaan, sama-sama membuat musik soal siksaan psikologi dan penderitaan.
Kematian Cornell benar-benar membuat Chester berada di titik terendahnya.(*)
Sumber : kumparan.com