Bandarlampung, Lampungnews.com – Dede Hidayat tampak sibuk mengusungi barang-barang perlengkapan anaknya, Rabu (30/8). Zaki Saputra kini menempati kamar baru, kamar khusus pasien luka bakar di ruangan Kemuning RSUD Abdul Moeloek.
“Maaf, Mas, tadi agak repot. Hari ini anak saya pindah kamar,” kata Dede saat ditemui Lampungnews.com.
Sejak dua bulan lalu, Zaki menjalani pengobatan di rumah sakit berbeda. Awalnya, ia didagnosis oleh dokter di RS Mitra Husada Pringsewu mengalami perlengketan usus dan menjalani serangkaian operasi di perutnya. Namun, tindakan medis pembedahan di perut Zaki tidak membuat anak kelas 1 MTs Bandungbaru itu sembuh. Perut Zaki bolong lantaran infeksi luka operasi.
Kini Dede terpaksa berbagi tugas dengan ibunya, Masnayah, selama pemindahan anaknya di RS Abdul Moeloek. RS Mitra Husada tak mampu lagi menangani sakit Zaki setelah 24 hari dirawat. Pun mereka berdua lah yang menemani hari-hari Zaki selama di rumah sakit. “Tadi pagi saya tinggal sebentar buat beli kebutuhan Zaki. Mbahnya yang nungguin,” katanya.
Satu bulan menjalani perawatan di RS Abdul Moeloek, tidak ada perubahan berarti pada sakit Zaki. Tindakan medis urung dilakukan dengan kondisi Zaki sekarang ini. “Hari ini pas satu bulan Zaki di rawat di sini (RS. Abdul Moeloek). Bekas jahitan di perut Zaki sudah gak ada, kebuka semua,” kata perempuan kelahiran 1965 itu.
Ia mengaku pilu melihat kondisi cucunya. Tubuh Zaki tampak kurus. Ia haru melihat semangat cucunya melawan sakit selama ini. “Dokter bilang Zaki hebat, semangat Zaki luar biasa,” ujar Masnayah sesenggukan, menirukan ucapan dokter padanya.
Terlebih, Zaki belum lama ini meminta janji padanya. Masnayah diminta untuk memenuhi keinginan Zaki bila sembuh. “Mbah, nanti aku belikan TV, kasur, sama motor ya mbah kalau sembuh. Biar sekolah bawa motor,” kata Masnayah. “Kasurnya yang itu loh mbah, yang bawahnya bisa ditarik. Kasurnya ada dua,” lanjutnya.
Kedekatan keduanya terjalin setelah kedua orang tuanya berpisah. Zaki tinggal bersama Masnayah di rumah sederhana di Pekon Bandungbaru, Kecamatan Adiluwih. Selama di rumah sakit, kata Masnayah, Zaki kerap bercerita dan berguyon denganya.
“Mbah, perutku gerak-gerak tuh mbah. Lucu ya mbah,” kata Masnayah yang tak kuasa menahan tangis. “Perasaan saya sedih banget. Perut cucu saya sampai dibegitukan sama dokter. Tapi Zaki seolah seperti biasa-biasa saja,” katanya.
Sebab komplikasi operasi, Zaki harus menjalani pembedahan di perutnya. Masnayah mengatakan, sebelumnya Zaki pernah menjalani operasi lantaran menderita usus buntu. “Satu tahunan lalu Zaki di operasi di RS. Wismarini,” kata Masnayah. “Dua kali operasi. Dulu itu kalau gak salah di rawat satu minggu,” imbuhnya.
Menurut Masnayah, usai menjalani operasi usus buntu kondisi cucunya tampak normal. Zaki sempat menjalani hari-hari dengan biasa, termasuk bersekolah. Namun belakangan Zaki mengeluhkan sering sakit di perut. “Kata Zaki perutnya sering sakit, berasa kembung juga. Zaki juga susah buang air besar,” katanya.
Rupanya, dokter mendiagnosis ada perlengketan usus pada perut Zaki. Anak berusia 13 tahun itu lantas menjalani pengobatan di RS Mitra Husada selama 24 hari. “Awalnya coba berobat ke klinik, tapi dianjurkan di bawa ke rumah sakit. Dan sempet di bawa ke RSUD Pringsewu, tapi disarankan untuk ke rumah sakit lain karena alatnya tidak lengkap,” kata Dede.
Menurut Dede, ayah Zaki, seminggu pascaoperasi pertama tampak rembesan pada perut anaknya. Kata dokter, lanjutnya, rembesan pada bekas sayatan di perut Zaki lantaran ada kebocoran usus. “Kata dokter kebocoran usus dan anak saya dioperasi lagi,” kata Dede.
Sejak mengalami sakit usus buntu, Zaki menjalani serangkaian pembedahan di perut. Termasuk operasi di RS. Mitra Husada akibat perlengketan usus. Namun ironi, kondisi Zaki pasca mengalami kebocoran khusus justru makin parah. (Anton Nugroz)