Bandarlampung, Lampungnews.com – Sejumlah pondok pesantren (ponpes) menilai program fullday school akan mengancam keberadaan madrasah diniyah yang telah lama hadir di masyarakat. Dengan fullday school, siswa akan pulang sore dan tidak sempat mengikuti madrasah diniyah
Ketua Asosiasi Ponpes Nahdatul Ulama (APP NU) Lampung, Nazarudin Maizir mengatakan, alasan pihaknya menolak dengan adanya fullday school ini karena madrasah diniyah otomatis akan terganggu.
“Ini merupakan kekuatan NU yang sebenarnya ada di madrasah diniyah dan ada di masyarakat. Karena kalau fullday school diterapkan penuh anak sekolah sore, maka madrasar diniyah otomatis tidak akan bisa ikut. Padahal, siswa madrasah diniyah di Indonesia ini ada sekitar 70 ribu,” katanya, Selasa (29/8).
Selain itu, pihaknya masih meragukan masalah guru madrasah diniyah yang akan dimasukan ke sekolah-sekolah umum.
“Apakah guru tersebut basisnya pondok pesantren. Karena kalau yang mengajarkan agama basisnya bukan pondok pesantren, yang kita khawatirkan nanti paham-paham dari luar itulah yang akan masuk,” katanya.
Nazarudin menambahkan, kekhawatiran itu karena ini NU mengajarkan agama dengan penuh kedamaian, penuh kerahmatan dan mengajarkan agama yang menyejukkan sehingga yang disebut dengan Islam Nusantara.
Terpisah, salah satu murid di sekolah MA Ma’arif 8 Jawa Tengah, Nova Nursiam mengatakan, alasan dirinya menolak dengan adanya fullday school karena rata-rata jika anak-anak kelamaan belajar maka akan mengalami jenuh.
“Jadi harus diimbangi dengan istirahat, apalagi saat malam belajar lagi. Jadi dengan adanya fullday school itu, kita gak bisa istirahat dan bantu orang tua,” katanya. (Adam)