Bandarlampung, Lampungnews.com – Setelah sukses di Palembang, Teater Potlot, kembali mementaskan drama “Rawa Gambut” di Taman Budaya Lampung. Pentas kedua ini merupakan rangkaian perjalanan pentas mereka di Sumatera.
Drama Rawa Gambut yang akan dipentaskan pada 30 September nanti, ditulis dan disutradarai Conie Sema. Drama tersebut menceritakan pergulatan manusia di wilayah gambut Pesisir Pantai Timur Sumatera, bercerita dari mulai kehidupan tradisional masyarakat di sana, hingga masuknya perusahaan perkebunan besar.
Drama yang berdurasi sekitar satu jam ini, tidak hanya menyuarakan kerusakan lahan gambut, tetapi juga mengingatkan pemerintah atas banyaknya temuan arkeologi situs dan artefak masa Sriwijaya di wilayah tersebut. Pentas “Rawa Gambut” ingin menginterupsi penataan lansekap berkelanjutan di kawasan gambut di Pesisir Pantai Timur Sumatera itu, agar tidak hanya berorientasi ekologi dan ekonomi, tetapi juga budaya.
“Gambut adalah sebuah peradaban manusia. Perlu ada lansekap budaya di sana. Penguasaan bentang alam untuk kegiatan ekonomi sekarang ini, sangat tidak adil terutama bagi kelangsungan hidup anekaragam hayati. Selain itu jutaan hektare bentang alam di sana, dihabisi cuma untuk sawit dan akasia,” jelas Conie, Selasa (26/9).
Terpisah, Pimpinan Produksi Yudi Semai, mengatakan, pementasan “Rawa Gambut” di Lampung ini mengalami banyak perubahan dari yang dipentaskan di Palembang pada 3-5 Maret 2017 lalu.
“Secara artistik penggarapan, jumlah pemain, kostum, juga blocking-blocking permainan, nyaris berubah total. Teater Potlot ini juga sempat lama vakum dari kegiatan kesenian. Aktif kembali pada 4 November 2016 lalu dan mementaskan naskah “Majhi” karya Conie Sema, di Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS. Pentas “Rawa Gambut” ini juga bekerjasama dengan UPTD Taman Budaya Provinsi Lampung,” terangnya. (*/Adam)