Bandarlampung, Lampungnews.com – Rekomendasi seakan menjadi momok bagi bakal calon kepala daerah yang maju dalam pertarungan politik tahun depan. Meski memiliki ikatan dengan partai politik, hal itu tidak menjamin rekomendasi jatuh ke calon tersebut.
Simpulan ini terkuak dari diskusi yang digelar Lembaga Pintar di Kampoeng Bamboe, Kamis (26/10). Dalam diskusi tersebut tergambar bahwa rekomendasi seakan menjadi dua sisi koin yang berbeda.
Salah satu contoh rekomendasi menjadi momok ini seperti yang alami oleh Bachtiar Basri. Pentolan PAN Lampung ini tak mendapatkan rekomendasi dan malah Arinal Djunaidi dari Golkar yang mendapatkannya.
“Di tengah ketidakpastian rekomendasi, di satu sisi kondisi tersebut bisa dimanfaatkan kandidat lain yang sudah memiliki kepastian rekomendasi untuk melakukan upaya maksimal dalam menggalang dukungan pemilih seluas-luasnya,” jelas Direktur Indo Survey & Strategy (ISS) Karyono Wibowo yang hadir dalam diskusi itu.
Karyono mengatakan kondisi ini membuat calon kepala daerah dihantui rasa cemas. Karena masih menunggu kepastian surat rekomendasi dari partai politik. Dampaknya, program sosialisasi dan penggalangan tidak maksimal.
Di sisi lain, salah satu pertimbangan keluarnya surat rekomendasi adalah tingkat elektabilitas kandidat yang diukur dengan instrumen survei.
“Dalam kondisi seperti ini balonkada dihadapkan pada situasi dilematis. Karena untuk mengangkat popularitas dan elektabilitas diperlukan kerja maksimal dan totalitas,” katanya. (Davit)