Jakarta, Lampungnews.com – Fakta mengenai pijat dan spa plus-plus diungkapkan seorang pengamat kehidupan malam di Jakarta. Menurut pengamat itu, empat dari lima spa laki-laki di Jakarta memberikan layanan prostitusi.
Klaim ini disampaikan Reza, seorang admin forum komunikasi seks di internet dan aktif mendatangi griya pijat di ibu kota. Ia mengungkapkan bahwa ‘banyak spa lelaki di Jakarta yang menyediakan paket all-in’.
Paket yang disebutnya sudah menjadi layanan resmi sejumlah manajemen griya pijat itu, terdiri dari ‘beberapa alternatif’.
Mulai dari pijat biasa, ‘layanan pemijatan alat vital’ oleh terapis yang kerap disebut sebagai “petik mangga (PM)”, dan layanan hubungan seks atau yang disebut dengan istilah “eksekusi”.
“Empat dari lima men’s spa di Jakarta menyediakan layanan tersebut. Nominalnya mulai dari Rp500.000 sampai Rp1,5 juta,” ungkapnya seperti dilansir dari BBC Indonesia.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lewat Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tidak memperpanjang izin usaha Alexis, salah satunya karena “melanggar kesusilaan”.
Jika memang demikian, sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Robertus Robet, menilai ‘tidak adil’ jika Pemerintah Jakarta hanya menutup Alexis. “Kalau namanya kebijakan ya harus bersifat menyeluruh, berlaku untuk seluruh warga kota dan bisnis di kota, tidak bisa untuk satu tempat saja.”
Dia menambahkan bahwa pemerintah bisa saja melakukan penutupan berbagai griya pijat tersebut, “tetapi kalau tujuannya untuk menghapus bisnis prostitusi, itu tidak akan mungkin bisa tercapai.”
Meskipun begitu, pengamat kehidupan malam Jakarta, Reza, bercerita bahwa tidak semua griya pijat membolehkan aktivitas prostitusi. Ada beberapa griya yang melarang, dan jika terapis atau juru pijat ketahuan melakukan transaksi seksual diam-diam, maka ‘akan diberi sanksi parah’.
“Ada spa yang terapisnya diberi berbagai macam proteksi, misalnya baju dua-tiga lapis. Jika nakal dan ketahuan, terapisnya pernah ada yang digunduli,” tuturnya.
Walau bagaimanapun, sosiolog Robert menegaskan prostitusi tidak akan bisa dihapus dari kehidupan kota, termasuk Jakarta. Prostitusi disebutnya muncul sebagai bagian residu dari industri. “Mengapa? Karena industri itu kan terkait dengan orang stres, alienasi, dan bisnis seks itu adalah bagian pelengkapnya. Mereka akan mencari tempat pelesiran.”
Secara sosiologi, Robert menilai seks selalu merupakan salah satu residu kehidupan kota. “Ini sudah ada sejak zaman lampau. Sebelum kapitalisme pun sudah begini.” (*)