Bandarlampung, Lampungnews.com — Di tengah seruan gencatan senjata dari PBB, pasukan pemerintah Suriah masih terus membombardir daerah kekuasaan pemberontak di Ghouta timur pada Minggu (11/3) hingga menewaskan 23 warga sipil.
Syrian Observatory for Human Rights melaporkan bahwa pasukan rezim Bashar al-Assad menggempur tiga kantong pemberontak, setelah merebut setengah daerah kekuasaan di Ghouta selama tiga pekan belakangan.
Kepala Observatory, Rami Abdel Rahman, mengatakan kepada bahwa setelah bertempur sepanjang pagi, militer Suriah merebut Kota Medeira yang terletak di jantung ketiga zona tersebut.
Menjelang siang, pasukan Suriah mulai fokus menyerang Harasta, membombardir dengan 18 serangan udara menggunakan berbagai senjata, termasuk bom barel.
Kantor berita pemerintah Suriah,SANA, melaporkan bahwa tentara fokus menggempur kota tersebut untuk memotong jalur akses pemberontak di Ghouta.
Korban tewas dalam serangan pada Minggu ini menambah panjang daftar warga sipil yang kehilangan nyawa akibat gempuran di Ghouta timur menjadi setidaknya 1.139 orang, termasuk 240 anak-anak.
Dari 23 korban tersebut, beberapa di antaranya masih terimpit di puing rumah di Kota Hammuriyeh, Saqba, dan Misraba.
Di Hammuriyeh, koresponden AFP melihat seorang pemuda meratap di atas puing bangunan, tak berdaya karena ayah, ibu, dan tiga saudaranya tewas akibat serangan udara, tapi tim penyelamat tak dapat mengangkat mereka dari reruntuhan.
Seorang anggota tim penyelamat, Hassan, mengatakan bahwa hingga saat ini masih ada sekitar 20 keluarga di dalam puing bangunan.
“Kami perlu alat berat untuk menarik mereka, tapi kami tak bisa membawa mesin itu ke jalan karena pasukan rezim mungkin akan mengebomnya,” ucap Hassan.
Sementara itu, di Douma, 17 jasad diangkat dari reruntuhan. Rumah sakit pun mulai kewalahan menampung jenazah karena serangan udara membuat para kerabat korban tak bisa mencapai area kuburan.
SANA memang melaporkan bahwa pemerintah sudah mengevakuasi puluhan warga dari Misraba ke tempat penampungan sementara. Namun, menurut Observatory, masih banyak warga sipil lainnya ditinggalkan di Misraba setelah 75-100 orang dievakuasi.
Sejak pasukan pemerintah menggencarkan operasi untuk merebut daerah Ghouta dari tangan pemberontak tiga pekan lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa terus menyerukan gencatan senjata sementara agar warga dapat dievakuasi dan bantuan kemanusiaan bisa masuk.(*)
Sumber : cnnindonesia.com