Lampungnews.com — Kehancuran tampak di berbagai pelosok Kota Palu, bangunan-bangunan hancur, puing-puing bertebaran, situasi begitu sunyi dan mencekam.
“Pantai Talise (yang diterjang Tsunami kemarin) habis, semua habis di sana,” kata Eddy Djunaedi, warga Kota Palu, lewat sambungan telepon.
“Warga mulai datang mengidentifikasi jenazah, diperkirakan ratusan tewas.” kata dia.
Eddy Djunaedi sendiri selamat karena rumahnya berada di ketinggian. Setelah semalaman bersiaga, mewaspadai gempa susulan setelah tsunami menerjang, Eddy akhirnya bergerak menuju Anjungan Pantai Talise, Sabtu (29/9), dan tiba di kawasan itu sekitar pukul 08:00.
Warga kota Palu itu baru benar-benar menyadari dampak tsunami itu ketika berdiri di dekat pantai Talise, karena sepanjang malam ia boleh dikata terisolasi: listrik padam, sementara jaringan telekomunikasi tidak bisa diandalkan.
Edy mencemaskan banyaknya korban jiwa berdasar pengamatannya di lapangan.
Sejauh ini, setidaknya sudah 80 jenazah tiba di di RSUD Undata Mamboro, Palu, kata Jauhardin, seorang dokter rumah sakit itu.
“Itu yang dievakuasi ke sini. Statusnya masih didata. Karena banyak keluarga yang mencari keluarga yang hilang. Kalau sudah dikenali keluarga, dibawa pulang,” katanya.
Sementara korban luka lebih dari seratus, namun perawatannya dilakukan di luar, dilapangan terbuka, untuk berjaga-jaga dari kemungfkinan gempa susulan, terlebih dinding rumahsakit retak di sana-sini, kata Jauhardin pula.
Namun mengenai angka korban tewas ini belum ada data resmi. Kepala Badan Nasional Penangulangan bencana (BNPB) mengatakan, tim mereka baru akan tiba di Palu, sekitar pukul 14:00.
“Lalu kami akan melakukan assessment terhadap kerusakan dan korban,” katanya kepada wartawan. dari situ baru akan diketahui jumlah korban dan kerusakan.
“Yang jelas, prioritasnya adalah penyelamatan dan pencarian korban. Karena kemungkinan banyak korban tertimpa bangunan akibat gempa, atau terdampak Tsunami,” katanya.
Sumber : bbcindonesia