Bandarlampung, Lampungnews.com – Ketua MPW Pemuda Pancasila Lampung, Rycko Menoza SZP, menilai perencanaan dan pembangunan di Kota Bandarlampung perlu dilakukan pemerataan dari mulai wilayah pinggiran hingga pusat perkotaan untuk kesejahteraan masyarakat.
“Itulah yang menjadi koreksi, hal itu saya dapat dari merekam, menerima masukan masyarakat, hingga diskusi bersama. Artinya dalam hal merencanakan sesuatu, masih banyak yang belum terpenuhi, seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH), hingga pengelolaan sampah, dan ini hanya contoh kecil,” jelas Rycko, dialog di Studio Fajar Surya Televisi, Kamis (5/9).
Semua itu, kata dia, tidak cukup hanya dengan aturan, tapi harus diikuti pula bagaimana permasalahan tersebut agar jangan sampai memunculkan dampak, apalagi dampak langsung ke masyarakat.
Putra dari mantan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP memandang masih banyak masalah kebutuhan mendasar di Kota Tapis Berseri, seperti halnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
Menurutnya, pendidikan sudah membaik tetapi saya masih mendengar dan menerima , bahwa masih terlalu rumit dan panjangnya birokrasi agar masyarakat mudah mendapatkan asuransi kesehatan, ini yang harus dicari solusinya. Dan perihal bina lingkungan (biling), mungkin dalam satu sisi bagus, tapi masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki lagi.
“Saya kira musti pemerintah harus lebih tanggap. Jangan hanya mengedepankan satu pembangunan yang mengedepankan popularitas, tanpa uji publik dari dampak pembangunan. Atas dibangun tapi bawah makin macet,” timpalnya.
Setiap orang memiliki kekurangan, tetapi dengan bekal pengalaman, mantan Bupati Lamsel ini tahu bagaimana menangani persoalan, dalam menentukan kebijakan. Yakni, dengan melibatkan semua komponen, bukan kumpul-kumpul orang untuk sesaat.
“Seperti pengajian, menurut saya jika untuk memperdalam ilmu agama ustadz lokal tidak kalah dengan ustadz yang sering muncul di televisi, dengan tujuan mengumpulkan banyak orang untuk meningkatkan popularitas, pengajian jangan digunakan sebagai alat politik,” papar Rycko.
Memilih pemimpin, tidak hanya acara 5 tahunan, dan ia juga menganggap masyarakat Kota Bandar Lampung pada khususnya tahu bagaimana memilih pemimpin yang jelas latar belakangnya. Baik itu dari latar belakang pendidikan, keluarga, pengalaman, serta prestasi organisasinya.
“Kita sama kawan kan saling tahu antar sesama, saya kira inilah, jagan sampai masyarakat membeli kucing dalam karung,” tandas Rycko.
Ia menambahkan, pembangunan juga harus mempertimbangkan skala prioritas sesuai kebutuhan mendesak masyarakat dengan merata, jangan hanya membangun pusat kota untuk kepentingan popularitas semata.
“Pembangunan dapat dilakukan dengan menyerap aspirasi masyarakat, misalnya melalui musrembang yang tentunya komponen-komponen masyarakat terlibat didalamnya. Jadi kita tahu mana yang harus diprioritaskan pembangunannya,” jelasnya.
Dengan demikian, permasalahan di daerah pinggiran dapat ditangani, jangan sampai ada tempat kumuh karena sampah dan menjadi lokasi bulan-bulanan banjir,” kata dia lagi.