Jakarta, Lampungnews.com – Global Future Institute (GFI) mengadakan seminar dengan tema Telaah Strategis dan Kritis tentang Konsepsi Indo-Pasifik di Tengah Menajamnya Persaingan Global AS Versus China (Perspektif Politik Luar Negeri RI Bebas-Aktif) dimaksudkan untuk menelaah lebih dalam mengenai Indo-Pasifik pada Selasa (15/09/2019) di Wisma Daria, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Turut Hadir Pembicara dari instansi terkait yaitu: Direktur Pengkajian Ideologi dan Politik Lembaga Ketahanan Nasional RI, Drs. Berlian Helmy, M.Ec., Wartawan Senior Antara, Muhammad Anthoni, Pusinfo Strahan Kemhan, Samsul Bahari serta para peneliti dan lembaga Think–Thank bidang hubungan internasional.
Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI), Hendrajit mengatakan bahwa kajian ini tidak mengambil perkembangan global, tetapi secara konsep dan bertujuan untuk menghadapi dan membendung China di Asia-Pasifik, namun nyatanya Amerika Serikat (AS) mengembangkan the free and open Indo–Pacific sehingga hal tersebut bukan hanya persoalan China saja melainkan tatanan yang dibangun untuk mengatur permainan oleh negara yang kuat.
“Dibalik kata-kata Pasifik tanpa Asia adalah skenario pembelahan, menggerus ketidakberdayaan Asia sendiri sehingga Asia Pasifik, ibarat perempuan cantik yang diperebutkan, gejala-gejalanya seperti krisis Semenanjung Korea. Oleh karena itu yang ingin ditangkap dalam diskusi ini ialah kami berkeyakinan bahwa problem bukan hanya AS dan China saja tetapi juga bagaimana Indonesia bisa selamat dari penyandraan global ini”ungkap Hendrajit.
Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan pertama Direktur Pengkajian Ideologi dan Politik Lembaga Ketahanan Nasional RI, Drs. Berlian Helmy, M.Ec. Beliau yang mengatakan bahwa konteks Indo-Pasifik merupakan konsepsi provokatif untuk memenangkan geopolitik dalam kuasaan hegemoni. Kedua, modus politik hegemoni, pemimpin negara besar AS dan China untuk menghidupkan kembali kejayaan perang dunia baru.
“Kita dapat gunakan pendekatan ASEAN Way yang mengutamakan konstruktif engagement, unsur-unsur inklusivitas. Tujuan Indonesia dalam ASEAN Outlook on the Indo–Pacific ialah untuk menyeimbangi dan menjadi negara central untuk kedua negara. Misi Indonesia dalam menyikapi AS dan China ialah dengan mengedepankan rule based order. Kemudian pada kasus ini Indonesia seharusnya punya prakarsa cemerlang dengan menghidupkan The New Asian African Strategic Partnership (NAASP) dan difungsikan kembali agar garis kebijakan luar negeri yang non blok tetap konsisten sehingga Indonesia tidak hanya sebagai balancing tetapi bisa menjadi bandwagoning dengan harapan dapat mengubah perilaku kepemimpinan negara besar yaitu AS dan China”ujar Helmi.
Kemudian pemaparan kedua dilanjutkan oleh Wartawan Senior Antara, Muhammad Anthoni tentang hubungan Indonesia dengan Afrika dan ditutup dengan pemaparan ketiga oleh Pusinfo Ditjen Strahan Kemhan, Samsul Bahari mengenai bagaimana kebijakan pertahanan terkait menjadi ekonomi sebuah negara. Tidak lupa diskusi juga diakhiri dengan tanya jawab dari para peneliti hubungan internasional dan mahasiswa.(michell)