Bandarlampung, Lampungnews.com – Ketua Pemuda Pancasila Lampung, Rycko Menoza SZP MBA menerima penghargaan dari Institut Teknologi Sumatera (Itera) mewakili Mantan Gubernur Lampung Komjen Pol (Purn) Sjachroedin ZP yang sekarang menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kroasia.
Rektor Itera Prof Ofyar Z Tamin Ph.D mengatakan penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para tokoh yang berjasa dalam dedikasinya untuk pendirian Institut Teknologi Sumatera di Kota Baru.
“Semoga segala upaya dan jasa yang telah diberikan senantiasa akan memberikan dampak luas untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan dan teknologi di Indonesia,” kata Ofyar, saat memberikan sambutan di Sidang Terbuka Dies Natalis Kelima Lustrum Perdana di Gedung Institut Teknologi Sumatera, Senin (07/10/19).
Ian juga menjelaskan, bahwa penghargaan juga diberikan kepada mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Prof Dr Mohammad Nuh, Prof Akhmaloka, Prof Wawan Gunawan, Gubernur Lampung Ir Arinal Djunaidi, dan Drs Adeham.
Sementara itu, Rycko Menoza menjelaskan, pendirian Itera tersebut memang tidak lepas dari peran serta para tokoh sehingga Provinsi Lampung saat ini memiliki institut terbesar di Sumatera di Kota Baru yang terintegrasi dengan jalan tol trans Sumatera.
Ia mengaku, dirinya ikut meresmikan berdirinya institut tersebut pada saat itu masih menjabat Bupati Lampung Selatan dan ayahnya Sjachroedin ZP saat itu menjabat sebagai Gubernur Lampung.
Melihat dari sejarah, lanjutnya, pendirian institut tersebut tidak mudah karena harus berebut dengan sejumlah Provinsi di Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), namun Gubernur Lampung sebagai pemimpin saat itu berani mengambil keputusan dengan jemput bola demi kemajuan pendidikan di Lampung.
Saat itu, pemerintah pusat mencari lahan yang luas untuk pendirian institute sehingga dan Lampung yang paling siap dengan terobosan yang dilakukan Sjachroedin ZP melalui proses tidak mudah hingga berdiri. Sekarang jumlah sekitar 9.000 an mahasiswa dari berbagai daerah dari dalam dan luar Sumatera.
Terobosan itu dilakukan terutama pada saat itu lahan tersebut belum lengkap legalitasnya, tetapi dengan keberanian gubernur dulu maka jadilah Itera di Lampung. Saat Itera sudah mulai beroperasi pengurusan legalitasnya pun sudah rampung.
Selain itu, Itera ini juga berada di Kota Baru yang sejak awal dibangun untuk menjadi pusat pemerintahan di Lampung sebagai solusi pemecah kepadatan dan kemacetan di Kota Bandarlampung.
“Jika gubernur masa itu tidak malakukan terobosan dan tidak berani mengambil keputusan maka Itera akan dibangun provinsi lain,” pungkasnya.
Sementara itu, Dubes Indonesia untuk Kroasia Komjen Pol (P) Sjachroedin ZP menambahkan, saat itu sebelum didirikan Itera lahan itu diakui milik Pemprov Lampung, padahal belum ada negosiasi dengan PTPN VII selaku pemilik lahan karet seluas 350 hektare yang dibutuhkan Itera.
Lalu, selain itu administrasi belum lengkap sudah dibangun gedung Itera. Sewaktu bangunan masih jalan sepertiganya dicek sama tim pusat kemudian dihentikan sementara karena surat-suratnya belum beres.
“Namun beberapa waktu diteruskan kembali sampai saat ini,” kata dia.