Lampungnews.com —Meraih 2 piala Golden Globe untuk Penyutradaraan dan Film Terbaik Drama, 1917 lantas diganjar 9 nominasi BAFTA dan 10 nominasi Oscar. Belum lagi, Minggu (19/1/2020)kemarin, 1917 memenangkan Producers Guild of America Awards 2020 atau PGA Awards 2020 kategori Film Terbaik.
Film tersebut berhasil keluar sebagai pilihan utama dewan juri, mengalahkan sejumlah judul film populer festival lainnya seperti Ford v Ferrari, The Irishman, Jojo Rabbit, Joker, Knives Out, Little Women, dan Marriage Story, Once Upon a Time in Hollywood, dan Parasite.
“Masa-masa perpecahan dan konflik di seluruh dunia ini, saya benar-benar berharap [film 1917] dapat menjadi pengingat untuk tidak pernah mengambil kedamaian yang kita semua warisi,” kata Produser Pippa Harris seperti dikutip The Hollywood Reporter, Senin (20/1/2020).
Dengan hasil ini, 1917 semakin mengukuhkan diri sebagai salah satu film terbaik yang mengikuti kompetisi pada musim penghargaan industri perfilman global. Film juga mendapatkan sejumlah nominasi pada ajang Academy Awards atau Oscar mendatang.
Sebelumnya, film secara mengejutkan berhasil meraih dua piala dari tiga nominasi yang didapatkan pada ajang Golden Globe 2020. Kedua piala itu bahkan merupakan kategori yang paling bergengsi yakni Best Motion Picture – Drama dan Best Director – Motion Pictures.
Meledaknya Perang Dunia I
Film 1917 memotret perang dunia pertama yang meledak di belahan utara Prancis. Jerman berhasil memukul mundur Inggris dan sekutunya. Pada 6 April 1917, tentara Jerman mundur. Aksi ini membuat Inggris percaya diri melancarkan serangan balasan. Namun Jenderal Erinmore (Colin) punya analisis lain.
Erinmore mengutus dua prajurit, yakni Will Schofield (George) dan Tom Blake (Dean) membawa sepucuk surat untuk Kolonel Mackenzie (Benedict) yang berada di garda depan. Isinya perintah pembatalan serangan. Erinmore yakin, menyerang Jerman berpotensi mengorbankan 1.600 prajurit termasuk kakak Tom, Joseph Blake (Richard).
Masalahnya, perjalanan dari markas Erinmore ke pos Mackenzie yang memimpin Batalyon Kedua Resimen Devon bukan perkara mudah. Mereka melintasi dataran berisi bangkai manusia maupun ratusan kuda tempur dan melewati markas tantara Jerman yang tak berpenghuni. Di tengah jalan, keduanya melihat pesawat Inggris dan Jerman saling kejar. Pesawat Jerman jatuh. Tragedi tak terduga pun terjadi.
Sinematografi Level Dewa
Bagi kami, 1917 adalah pencapaian teknis yang belum tentu muncul 10 tahun sekali. Sumbu ledak 1917 bertumpu pada sinematografi yang bikin syok, seolah selama hampir 2 jam, film ini dibuat dengan teknik one take oke alias satu shot. Kamera Roger Deakins membingkai Tom dan William sejak terlelap di perkebunan.
Lalu kamera itu tak berhenti bergerak membuntuti Tom-William yang berjalan dari perkebunan, markas Jenderal, parit, daratan berisi bangkai manusia serta binatang, dan lain-lain. Kita tahu, Roger mengambil gambar dengan teknik cut to cut. Namun kita tak tahu kapan cut to cut berlangsung, saking mulusnya pergerakan kamera Roger sejak awal.
Kamera Roger membuntuti Tom dan William dari belakang, membalap keduanya dari samping, lalu memimpin mereka ke pemberhentian demi pemberhentian. Begitu seterusnya.
Rekam Jejak Penata Kamera
Satu adegan yang bikin kami tercengang, saat seorang tokoh jatuh dari air terjun dan hanyut terbawa sungai. Kamera terus membuntuti tokoh ini hingga kembali ke darat. Kata menakjubkan saja tidak cukup untuk melukiskan kinerja Roger di 1917.
Menilik rekam jejak Roger di jagat sinema, kita sebenarnya tak perlu kaget jika ia mampu bekerja secanggih itu. Sineas kelahiran Inggris, 24 Mei 1949, ini sudah 15 kali dinominasikan di Oscars. Kali pertama ia diganjar nominasi tahun 1995 lewat The Shawshank Redemption hingga akhirnya menang di Blade Runner 2049 dua tahun silam.
Tanpa bermaksud mengabaikan kerja keras nomine lain, kategori Sinematografi Terbaik tahun ini tak ada kompetisi karena Roger berpeluang sangat besar meraih piala Oscar kedua.
Penyuntingan Yang Tak Dianggap
Kekuatan lain 1917 sebenarnya terletak pada penyuntingan gambar. Amat rapi hingga tak terasa cut to cut dari adegan satu ke adegan berikutnya. Sayang, kinerja Lee Smith tak mendapat tempat di hati komite The Academy.
Perjalanan dua tokoh utama dalam membawa pesan Sang Jenderal juga terasa dramatis berkat balutan ilustrasi musik Thomas Newman. Ini kali ke-15, Thomas Newman menjadi nomine Oscar (ia belum pernah menang sama sekali -red.). Musik gubahan Thomas membuat kami deg-degan sepanjang perjalanan.
Kerja Keras Penata Artistik
Film 1917 tak mengeksplorasi kekuatan akting para pemain. Sam Mendes meracik naskah yang bertumpu pada perjalanan dari satu titik ke titik. Fokusnya pada proses penyampaian perintah yang melewati banyak rintangan. Maka, dibuatlah perjalanan dalam berbagai medan.
Di sinilah, penata artistik bekerja keras membangun dunia di era 1917 dengan polesan efek visual yang membuat kita percaya, inilah arena perang paling mematikan dalam sejarah dunia. Sekali lagi, ini soal kinerja orang-orang di balik layar tanpa bermaksud mengecilkan para pemain yang berlaga di depan.
Film 1917 dibuat sebagai penghormatan untuk kakek sang sutradara, yakni Alfred H. Mendes yang terlibat Perang Dunia I. Cerita Alfred dikembangkan menjadi naskah yang memungkinkan penonton menjadi bagian dalam perjalanan mengirim pesan di belantara perang.
Dibutuhkan imajinasi sekaligus referensi dalam membangun set perang dan menokohkan para pelakunya. Unsur ledak-ledakan, baku hantam, dan darah memang tak sebanyak yang diharapkan penonton awam.
Yang hendak dipotret Sam Mendes, salah satu dari sekian banyak cerita perang. Plus dampak yang dirasakan para pelaku perang. Dengan hasil akhir senyata dan serapi ini, tak berlebihan jika 1917 disebut salah satu film perang terbaik dalam sejarah sinema dunia.
Ini karya terbaik Sam Mendes di samping American Beauty, Revolutionary Road, dan tentu saja Skyfall yang membuat James Bond tampak sangat berkelas. Anda akan kehilangan momen penting jika melewatkan film ini di bioskop.
Pemain: George MacKay, Dean-Charles Chapman, Mark Strong, Andrew Scott, Colin Firth, Richard Madden, Claire Duburcq, Benedict Cumberbatch
Produser: Pippa Harrois, Jayne-Ann Tenggren, Sam Mendes, Brian Oliver, Callum McDougall
Sutradara: Sam Mendes
Penulis: Sam Mendes, Krysty Wilson-Cairns
Produksi: DreamWorks Pictures, Reliance Entertainment
Durasi: 1 jam, 59 menit.
Sumber tulisan : liputan6.com & bisnis.com