Bogor, Lampungnews.com-Menteri Agama (Menag) RI, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A. mengungkapkan bahwa kebutuhan Al-Qur’an untuk masyarakat Indonesia mencapai 6 juta eksemplar per tahun.
Untuk itu pihaknya akan terus berupaya meningkatkan kapasitas percetakan Al-Qur’an yang dimiliki Kementerian Agama (Kemenag) agar dapat meningkatkan literasi dan kerukunan antar umat beragama.
Hal tersebut disampaikan Nasaruddin saat memberi sambutan saat menghadiri peresmian operasional Gedung Pusat Literasi Keagamaan Islam (PLKI), Unit Percetakan Al-Qur’an (UPQ) Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI, Rabu (4/12/2024) di Bogor, Jawa Barat.
“Percetakan Kementerian Agama ini dapat mencetak Al-Qur’an hingga dua juta eksemplar per tahun. Kita membuat percetakan Al-Qur’an, karena saya pernah berkunjung ke sejumlah percetakan Al-Qur’an sangat miris Karena pemilik nya non muslim. Dilempar, lembaran kertas ada yang diinjak pakai sepatu, belepotan,” ujar Nasaruddin.
Ia menyebutkan begitu sucinya Al-Qur’an di mata umat Islam. Apalagi kebutuhan Al-Qur’an 2 juta per tahun pada 2006 dan pada 2024 jumlah Al-Qur’an yang dibutuhkan 6 juta eksemplar per tahun.
“Kapasitas produksi di tempat ini sudah meningkat menjadi 1,7 juta per tahun. Sedangkan kapasitas produksi sebelumnya hanya 200-300 ribu per tahun,”ungkapnya.
Nasaruddin juga menyebutkan kualitas kertas yang digunakan UPQ dapat bertahan hingga 200 tahun karena tidak gampang robek dan memiliki standar kualitas eksport internasional.
Meskipun menyandang nama Unit Percetakan Al-Qur’an (UPQ), Nasaruddin meminta percetakan Kementerian Agama RI tersebut juga dapat mencetak kitab suci dari agama lainnya.
“Jangan hanya mencetak Al-Qur’an, tapi juga mencetak kitab suci agama yang lain, Katolik, Kristen, Budha, Konghucu, dll. Daripada menggunakan percetakan lain, lebih baik menggunakan percetakan Kementerian Agama sendiri,”paparnya.
“Ada penghormatan terhadap kitab suci. Kitab suci manapun juga harus dihormati. Inilah toleransi antar umat beragama di Indonesia. Kita sangat bangga dengan percetakan Al-Qur’an ini,” tambahnya.
Keberadaan UPQ dijelaskan Nasaruddin untuk memenuhi kebutuhan Al-Qur’an di kalangan masyarakat bawah. Pasalnya dengan jumlah Al-Qur’an terbatas, maka tingkat buta huruf terhadap Al-Qur’an di Indonesia masih cukup tinggi.
“Selain itu ada Keterbatasan jumlah guru mengaji yang dari survei hanya ada 928 ribu guru ngaji,” papar Nasaruddin Umar.
Agar penghayatan terhadap Al-Qur’an dapat terlaksana dengan baik, Menteri Agama Nasaruddin meminta UPQ di Bogor tersebut untuk dapat mencetak Al-Qur’an yang juga memiliki terjemahan dan baris.
“Al-Qur’an yang dicetak tidak hanya Al-Qur’an saja, tapi juga terjemahan nya juga. Itu sangat membantu agar umat kita pintar membaca dan ada penghayatan. Yang diproduksi Al-Qur’an yang bisa mencerahkan, yang ada terjemahannya di samping kanan dan kiri. Tetaplah kita mencetak Al-Qur’an Indonesia, jangan mencetak Al-Qur’an versi Arab Saudi. Kalau gak ada baris nya bagaimana bisa dibaca,”lanjutnya.
Nasaruddin mengungkapkan kebutuhan akan Al-Qur’an dunia masih sangat luar biasa. Bahkan menurutnya oplah Al-Qur’an di Amerika Serikat sangat besar, melebihi novel-novel populer di sana.
“Kita perlu mengapresiasi penerbitan Al-Qur’an ini yang kita beri nama UPQ. Semua harus memenuhi standar, jangan ada halaman yang hilang, jangan ada kalimat yang berbeda baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kalau di cetak Kementerian Agama RI jangan ada yang kurang halamannya atau salah cetak. Kitab suci manapun jangan ada salah cetak karena akan membuat masalah,”tegasnya.
Keberadaan UPQ ini disebut Nasaruddin juga dapat mengeliminasi kesalahpahaman antar umat beragama, dengan ada percetakan ini maka konflik berbasis agama dapat dihilangkan.
“Sehingga kohesi sosial dapat ditingkatkan. Penerbitan Al-Qur’an ini dapat kita tingkatkan lebih baik lagi. Al-Qur’an elektronik sekarang juga banyak versinya. UPQ ini juga memproduksi Alkitab Al-Qur’an elektronik atau digital yang dapat digunakan oleh anak-anak generasi Z dan lainnya,” kata dia.
Meskipun ada Al-Qur’an elektronik, namun keberadaan Al-Qur’an fisik disebut Nasaruddin Umar tidak dapat tergantikan.
‘Mari kita membantu umat kita memahami kitab sucinya masing-masing, saya yakin dengan demikian kerukunan umat beragama. Antara kitab suci satu dan yang lain memiliki pesan universal yang sama. Jadi kekuatan agama kita masing-masing menjadi benteng dari NKRI,” pungkasnya.
Sementara itu, Dirjen Bimas Islam, Phil Kamaruddin Amin mengungkapkan ground breaking PLKI UPQ dilaksanakan pada Juni 2023 silam.
“Revitalisasi UPQ ini dilaksanakan di lahan seluas 2,7 hektar milik Kementerian Agama. Dengan anggaran melalui SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) sebesar Rp 178 miliar dan juga Rp 61 miliar untuk pembelian alat. Sehingga totalnya Rp 239 miliar,” ungkap Kamaruddin Amin.
Meskipun demikian agar dapat memiliki kapasitas produksi layaknya percetakan Al-Qur’an di Arab Saudi makan masih dibutuhkan pembelian alat Percetakan utama.
“Kita masih butuh Rp 100 miliar untuk membeli alat percetakan supaya seimbang dengan pusat percetakan di Saudi Arabia. Ada alat utama yang belum sempat kami beli kemarin karena anggaran nya terbatas,” kata Kamaruddin Amin.
Kamaruddin menjelaskan keberadaan UPQ juga kedepannya dapat menjadi sumber revenue PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dari Kementerian Agama.
“Bukan hanya mencetak Al-Qur’an, tapi buku-buku agama, misalkan Manasik Haji, dll. Kita bisa bekerja sama dengan banyak penerbit. Kami bangga melihat percetakan Al-Qur’an ini tidak jauh beda dengan Saudi Arabia, kualitas nya berstandar internasional, pengadaan alat nya didatangkan dari Jerman,” tambah Kamaruddin Amin.
Lebih lanjut Kamaruddin melihat percetakan Al-Qur’an tersebut diharapkan dapat menjadi cerminan keharmonisan keberagaman dan wujud nyata moderasi agama.
“UPQ ini memiliki pusat literasi agama Islam, Karya-karya ulama terkemuka, ada ruangan diskusi, seminar, theater. Tempat ini telah menjadi icon baru wisata religi dan pusat peradaban Islam. Kami sangat berharap dalam satu atau dua tahun dapat dituntaskan sehingga bisa menjadi icon pusat peradaban Islam,”kata Kamaruddin.
Usai memberikan sambutan, Menteri Agama Nasaruddin Umar bersama jajaran melakukan pengguntingan pita sebagai tanda Pusat Literasi Keagamaan Islam (PLKI), Unit Percetakan Al-Qur’an (UPQ) resmi beroperasional.
Setelahnya Menteri Agama meninjau sejumlah versi Al-Qur’an yang sudah diproduksi, ruangan theater dari gedung empat lantai tersebut. Menag juga meninjau ruangan mesin produksi yang ada di gedung terpisah untuk mengamati langsung proses produksi Al-Qur’an.[*]