Tokyo, Lampungnews.com-“Saya hanya akan bersedia menikah jika saya diperlakukan secara normal sebagai pribadi tanpa harus mengikuti aturan yang rumit sebagai seorang wanita di rumah. Kedua, saya membutuhkan calon suami untuk membantu saya membangun sekolah bagi anak-anak, perempuan dan orang miskin,” demikian dialog antara Raden Ajeng Kartini dengan kedua orang tuanya menjelang hari pernikahan Kartini dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Djojodiningrat.
Adegan dan pembicaraan ini menjadi bagian dari pertunjukan drama teater musikal “Once Upon A Time in Jepara” acara Grand Show, Indonesian Week 2024, di Millenium Hall, Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Jumat, 6 Desember 2024. Acara ini merupakan akhir dari rangkaian Indonesia Week 2024 dari sejumlah mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam APU Indonesia (APUINA).
Pertunjukan drama kolosal “Once Upon A Time in Jepara” menyajikan paduan aksi teatrikal, tari, musik, peragaan busana tradisional dan kontemporer Indonesia. Selama hampir 2,5 jam, para penonton yang merupakan komunitas Kampus APU dari berbagai negara antusias menikmati tampilan drama musikal yang disajikan dalam bentuk medley. Dekorasi panggung tampil beragam dan bergantian menyesuaikan adegan demi adegan secara cepat. Dialog yang berlangsung dari masing-masing pemeran mampu menghanyutkan lebih dari 700 penonton, antara kesedihan, simpati, amarah dan tawa.
“Kami tampilkan drama semi teater musikal. Jadi ada drama dan berbagai tari. Mulai dari tari kontemporer, tradisional dan tari modern. Kita juga tampilkan original song dari tim kita. Indonesia Week adalah partisipasi mahasiswa Indonesia dari program APU yaitu multicultural week. Dimana selama seminggu mereka show case cultural heritage dari masing-masing negara. Jujur saja awalnya tidak terbayang sebelum kami masuk APU. Semua panitia belajar otodidak untuk seleuruh penampilan mulai multicultural week sampai acara grand show. Termasuk melatih penampil dari negara lain. Kita harus bangga dengan budaya kita dan harus disebarkan seluas mungkin. Bebas berkreasi dimanapun dan selalu bangga dengan budaya Indonesia,” demikian dijelaskan Usamah Farhan Maulana dan Venecia Amanda Ariaputri, selaku Ketua dan Wakil ketua Panitia Indonesia Week, mahasiswa tahun ketiga Bisnis Manajemen APU. Kepanitiaan dan penampil dari Indonesia Week 2024 ini merupakan gabungan dari 210 mahasiswa Indonesia dan 90 mahasiswa internasional.
Xaviera Carleonna Sunarto mahasiswi semester tiga tahun kedua jurusan Hubungan Internasional APU mengaku sangat berkesan memerankan tokoh Kartini yang menurutnya sangat inspiratif.
“Untuk pengenalan dan rekaman audio mulai dari bulan Mei sampai akhir Juli lalu, tapi untuk latihan gerakan dan ekspresi mulai dari Oktober sampai H-1. Saya belajar tentang Kartini sejak jaman sekolah, tapi inspirasiku dari film Kartini Princess of Java. Saya jadi belajar banyak ya dari Kartini. Mulai dari rasa frustasi karena terjebak sama tradisi pingitan dan harus berjuang dan melawan orang-orang terdekat yaitu keluarganya. Hikmah yang bisa kuambil sebagai perempuan, janganlah suara atau opini orang lain menghindarimu dalam menggapai cita-cita karena belum tentu mereka tau kemampuanmu,” terang Xaviera Carleonna Sunarto.
Selain Grand Show yang menjadi puncak serta penutup Indonesian Week 2024, sebelumnya digelar ‘Opening Parade’ yang bertemakan ‘Nusantaran March’ atau ‘Pawai Nusantara’. ‘Ethnic Food’, sebagai program kolaborasi antara panitia Indonesian Week 2024 dengan pihak kafetaria Ritsumeikan APU bertujuan untuk memperkenalkan budaya kuliner dengan menyajikan masakan khas Indonesia. ‘Indonesian Corner’ merupakan sebuah pameran mini yang diadakan di kafetaria Ritsumeikan APU. Sedangkan ‘Indonesian Games’ dengan judul ‘NUSA: Navigating Unseen Stories and Aspirations’ berhasil mengajak para peserta untuk mengenal pahlawan Indonesia melalui aktivitas permainan yang menghibur.
Sekretaris Pertama bidang Penerangan Sosial Budaya KBRI Tokyo Iqbal Mohammad Amrullah memastikan dukungan penuh dari KBRI Tokyo terhadap kreativitas mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jepang.
“Setiap daerah di Indonesia memiliki ekspresi budaya yang unik, namun kita dipersatukan oleh semangat harmoni, ketahanan, dan kreativitas bersama. Pertunjukan budaya seperti ini lebih dari sekadar hiburan melainkan adalah jembatan pemahaman. Mari kita rayakan keberagaman untuk semakin mempererat persatuan kita. KBRI Tokyo sangat mengapresiasi dan mendukung penuh kreatifitas teman-teman mahasiswa Indonesia Week APUINA dalam berkesenian serta tampilan yang sangat inspiratif,” ujar Iqbal Mohammad Amrullah yang hadir bersama Atase Pendidikan Tokyo Amzul Rifin.
Sebelumnya juga berlangsung pertemuan dengan Wakil Walikota Beppu ABE Masuo. Dalam pertemuan tersebut keduanya sepakat untuk peningkatan kerja sama Indonesia – Jepang khususnya dengan Kota Beppu serta pelindungan warga negara Indonesia.
Sepanjang November 2024, APUINA sukses menjalani rangkaian Indonesia Tour 2024 berupa pameran seni dan kebudayaan Indonesia yang digelar di 3 kota di Pulau Kyushu, Jepang, yakni Oita, Fukuoka dan Beppu. Acara yang menampilkan tari, musik, serta busana khas Indonesia ini didukung oleh KBRI Tokyo serta pemerintah daerah setempat.
Ketua APUINA Andira Malcolm menjelaskan tingginya antusiasme para pelajar Indonesia di Beppu untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada warga lokal setempat. Kegiatan ini diawali dari penampilan di Kota Beppu secara rutin selama beberapa tahun. Kemudian, pemerintah kota setempat dan kota-kota sekitar mulai mengundang untuk membawakan budaya Indonesia di kota-kota tersebut.
Sebelumnya, sebagai bentuk dukungan memasyrakatkan Bahasa Indonesia kepada masyarakat Jepang, KBRI Tokyo menghadiri Forum ilmiah Himpunan Peneliti Indonesia Seluruh Jepang (HPISJ) yang juga berlangsung di Universitas Ritsumeikan Asia Pasifik, Beppu, Oita, Jepang. Koordinator Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Tokyo Muhammad Al Aula dalam forum itu menegaskan, perlu ada upaya bersama untuk semakin meningkatkan saling pemahaman kedua negara dengan memasyarakatkan Bahasa Indonesia kepada masyarakat Jepang.
“Salah satu elemen utama dari Comprehensive Strategic Partnership Indonesia – Jepang adalah penguatan hubungan sosial budaya termasuk people to people contact. Sebagai 2 negara dengan bahasa yang berbeda, ada Bahasa Inggris sebagai penghubung. Namun, bahasa penghubung tentu tidak sepenuhnya dapat menjembatani 2 budaya yang berbeda. Oleh karena itu, dalam konteks hubungan bilateral Indonesia-Jepang di tengah-tengah masyarakat kedua negara, pembahasa Indonesiaan kepada masyarakat Jepang, dan juga sebaliknya, sangat krusial. Hal ini sejalan dengan semangat 65 tahun lalu hubungan Indonesia-Jepang, Kokoro Hitotsu ni. Untuk itu, KBRI mendukung penuh pelaksanaan kegiatan Forum Ilmiah HPISJ,” tegas Muhammad Al Aula.
Forum ilmiah HPISJ digelar sebagai apresiasi 55 Tahun berdirinya HPISJ yang dilakukan di Universitas Ritsumeikan Asia Pasifik, Beppu, Oita, dan dihadiri oleh lebih dari 50 peneliti baik dari Jepang maupun dari Indonesia.(*)