Pringsewu, Lampungnews.com – Alun-alun Pendopo, Kabupaten Pringsewu selalu berubah riuh kala sore hingga malam hari. Alun-alun di pusat kota itu menjadi tempat favorit warga berkerumun dan berekreasi.
Para orang tua kerap membawa anak-anak mereka menikmati beragam wahana bermain anak yang ada di Pendopo. Pun menjadi salah satu tempat kongkow favorit kaum muda. Bersanding kopi, mereka betah duduk berlama-lama di kursi-kursi kafe yang terhampar dengan beratapkan langit, hingga malam.
Namun, sejak akhir Maret lalu warga di alun-alun itu terusik. Pagar pengaman proyek telah melokalisasi salah satu sudut tempat rekreasi mereka. “Emang mau dibangun apa sih om, udah dua minggu lebih ditutupin pagar kaya gitu,” kata Puput (30), salah satu warga kepada lampungnews.com, sembari menemani sang anak bermain di alun-alun Pendopo, Minggu (16/4) sore.
Yudi (31), warga asal Kecamatan Adiluwih yang datang ke Pendopo bersama istri dan dua anaknya ini juga bertanya-tanya adanya pemagaran itu. “Biasanya saya ngopi sambil makan empek-empek di kafe yang sekarang ditutupi pagar itu sambil nungguin anak bermain. Emang mau dibangun apa toh mas? Toilet ya? Tapi kok nggak jadi-jadi?” kata dia.
Banyak warga tak mengetahui rencana pembangunan ruang terbuka publik di lokasi tersebut. Yang mana, pemerintah pusat melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) bakal membangun taman terbuka hijau dan ragam fasilitas sebagai ruang terbuka publik.
Bahkan, proyek tersebut mendapat sorotan DPRD Pringsewu lantaran tertutupnya informasi pembangunannya. “Tak dilengkapi dengan papan informasi. Nilainya berapa dan apa saja yang dikerjakan,” kata Sahidin, salah satu anggota DPRD Pringsewu belum lama ini. Ia juga mengkritisi pengerjaan proyek yang abnormal.
“Mestinya dilakukan penggalian untuk dasar bangunannya. Teknis pengerjaannya tidak benar,” katanya.
Meski banyak keluhan, proyek pembangunan ruang publik yang digencarkan untuk mendukung revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo itu dianggap perwujudan mimpi masyarakat Pringsewu. Impian memiliki ruang terbuka publik yang representatif, yang selama delapan tahun ini hanya menjadi wacana pemerintah daerah setempat yang tak kunjung terealisasi.
Anggaran pembangunan fasilitas percontohan ruang terbuka publik revolusi mental yang digelontorkan pun relatif besar. Menurut informasi, proyek senilai lebih kurang Rp459 juta diperuntukkan dalam pembangunan taman dan beragam fasiltas ruang terbuka publik lainnya, termasuk bioskop mini yang disediakan untuk menonton bersama video/film bertema revolusi mental seperti yang dicanangkan.
“Pembangunan ruang publik ini dibangun pemerintah pusat melalui Kemenpu-Pera di 1200 kecamatan se Indonesia. Dan di Provinsi Lampung, hanya Lampung Timur dan Pringsewu,” kata Kepala Bappeda Pringsewu Relawan. (Anton Nugroz)