Bandarlampung, Lampungnews.com – Kawan KECE menilai Pilgub Lampung 2018 adalah momen bagi mahasiswa menunjukkan keberpihakan terhadap terhadap setumpuk persoalan rakyat. Mahasiswa diminta awas dan mencari rekam jejak setiap orang yang menjadi calon gubernur (cagub).
Ketua Kawan KECE, Rismayanti Borthon mengatakan, kredibilitas gerakan mahasiswa dipertaruhkan, karena pemilu adalah momentum mengganti sistem kepemimpinan usang yang hanya menguntungkan segelintir elit dengan sistem kepemimpinan yang dicita-citakan.
“Sejatinya, gerakan mahasiswa harus memiliki cita-cita, yakni sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat. Ketika hari ini gerakan mahasiswa belum mampu merebut kekuasaan, maka yang bisa dilakukan adalah meng-influence kekuasaan dengan program-program yang mereduksi persoalan-persoalan rakyat melalui si penguasa,” katanya, Senin (12/6).
Ketua kelompok pendukung Bupati Lampung Tengah, Mustafa menjadi calon gubernur Lampung ini menambahkan, situasi penguasa hari ini tidak mampu untuk mewujudkan cita-cita gerakan mahasiswa tersebut.
“Maka, momentum pemilu adalah momentum yang tidak bisa dilewatkan sekedar sebagai seremonial lima tahunan saja,” katanya.
Untuk itu, kata dia, dalam momentum pemilu tersebut gerakan mahasiswa harus mampu membaca track record calon pemimpin untuk bisa dijadikan kandidat yang laik. Menurutnya, tujuan utama pilgub ini bukanlah memenangkan si calon maju, namun memenangkan program-program kerakyatan.
Isi dari program-program tersebut adalah rumusan persoalan-persoalan rakyat yang selama ini diteriakkan di jalan-jalan dalam setiap momentum-momentum demonstrasi. Disinilah salah satu cara gerakan mahasiswa menunjukan keberpihakkannya terhadap rakyat.
“Sekali lagi, bukan untuk sesepele memenangkan si calon, tetapi untuk memenangkan cita-cita gerakan mahasiswa itu sendiri,” ucapnya.
Ia menambahkan, gerakan mahasiswa jangan ambigu. Berbicara membela rakyat tetapi dalam hal cita-cita dan langkah konkret pembelaan terhadap rakyat masih mengawang-ngawang.
“Gerakan mahasiswa pernah besar, pernah sangat ditakuti bahkan mampu mencetak sejarah meruntuhkan kepemimpinan diktator Soeharto. Tetapi, apakah hari ini kekuatan kita masih sama?,” katanya. (Davit)