Bandarlampung, Lampungnews.com – Meski dikenal sebagai walikota ‘garang’ dan lugas, Herman HN memiliki keunikan tersendiri bagi seseorang yang disebut pejabat. Herman tidak memiliki ponsel pribadi.
Bukannya tidak bisa menggunakan ponsel canggih, tetapi Herman memilih enggan memiliki ponsel pribadi. Selama ini, para bawahannya hanya bisa melaporkan dan menghubungi Herman lewat ponsel yang dipegang ajudan. Begitu pun sebaliknya. Herman menginstruksikan dan menanyakan pekerjaan kepada bawahannya dari jarak jauh lewat ponsel yang dipegang ajudan. Walaupun terkadang ponsel milik protokol atau humas ‘dipinjamnya’ untuk berkomunikasi.
Dikonfirmasi mengenai prinsip uniknya itu, Herman membenarkan bahwa ia tak lagi memegang ponsel sejak bertahun-tahun silam. Diakuinya, banyak pengalaman buruk yang ia dapatkan selama memegang ponsel.
“Saya banyak pengalaman di Biro Keuangan dulu itu, banyak yang macam-macam, banyak yang nggak baiknya. Saya kan orangnya mudah emosi, apalagi kalau dimain-mainin orang. Maka daripada naik darah terus lebih baik nggak megang ponsel,” kata Herman saat ditemui di Rumah Dinas Walikota Bandar Lampung, Senin (19/6).
Diceritakannya, teror yang dilakukan salah satu oknum itu sangat membuatnya kesal. Sebab, teror melalui sambungan telepon dan pesan singkat itu tak menyasar hanya pada dirinya saja, tapi keluarganya ikut terkena imbasnya.
“Ya saya di biro keuangan itu banyak sekali terornya, tapi bukan ancaman bunuh membunuh, omongan yang nggak baik-baik itu, ngomong jorok, saya paling nggak mau. Kalau mau berbuat yang nggak baik itu sehadapan, itu mau saya, saya nggak perlu sms. Bertahun-tahun dia sms saya, neror keluarga saya,” terangnya.
Bukan tak pernah Herman mencoba menyelesaikan perkara ini dengan oknum yang terus menerornya, tapi teror itu semakin menjadi-jadi.
“Saya pernah berapa kali ngajak ketemu saya dimana, saya datengin dan tunggu, nggak dateng juga. Sudah itu dia ganti ponsel lagi, neror saya. Cuma sempat dia ganti nomor yang nggak bisa dilacak, malahan pernah dia nelpon saya, pas saya terima dia malah nyetel film porno. Sudah lah, daripada saya darah tinggi, jadi nggak usah pegang ponsel lagi,” tutur Herman.
Orang nomor satu di Kota Tapis Berseri ini tak memungkiri jika keputusannya untuk tidak lagi memang ponsel ini cukup membuat dirinya ketinggalan banyak hal.
“Saya mulai menjabat sebagai walikota di 2010, begitu dilantik nggak megang ponsel lagi, cukup ajudan. Memang banyak ketinggalan saya, tapi nggak apa-apa, demi keamanan,” jelasnya.
Disinggung mengenai keberadaan ponsel yang dulu ia gunakan, Herman mengaku lupa meletakkannya dimana. “Nggak dijual-jual, nggak tahu dimana, saya taruh-taruh saja. Lupa saya,” singkatnya seraya tersenyum.
Lantaran tak memiliki ponsel untuk mengelola sosial media yang belakangan menjadi tren dikalangan pejabat untuk bersosialisasi dengan warganya, Herman mengaku memiliki cara tersendiri untuk mensiasatinya.
“Saya nggak melalui media-media itu, kalau memang ada itu orang lain, itu pecinta saya. Suka sama saya, dia ikutin, terus dia kirim-kirim ke sosial media. Kalau saya mau media sudah dari awal saya, sudah terkenal seluruh Indonesia. Tapi saya memang dekat dengan rakyat atau merakyat, begitu dilantik saya langsung turun sana sini, mengurus ini itu,” tutup Herman. (El Shinta)