Lampungnews.com – Beberapa orang sangat ketakutan pada ular atau laba-laba, sehingga berhadapan dengan makhluk-makhluk ini akan membuat mereka berkeringat dingin dan jantung berdegup kencang. Tapi bagi beberapa orang, justru gelembung busa sabun, sarang lebah, hingga lubang-lubang kecil di spons cuci piringlah yang memicu reaksi panik dalam diri mereka. Ketakutan terhadap lubang-lubang kecil tak beraturan ini disebut dengan trypophobia.
Tidak ada penyebab pasti yang dapat menjelaskan mengapa seseorang bisa mengalami fobia. Namun periset kini mulai menyingkap apa yang menjadi penyebab trypophobia.
Apa itu trypophobia?
Dikutip dari hellosehat.com, Trypophobia adalah jenis fobia terhadap bentuk lubang-lubang yang diciptakan oleh alam atau bentuk melingkar seperti gelembung. Rasa takut ini mencakup lubang atau gelembung berkerumun di kulit, daging, kayu, tumbuhan, karang, spons, jamur, biji-biji kering dan sarang lebah.
Reaksi terhadap pola berlubang ini sangat kuat. Melihat gerombolan gelembung atau lingkaran bisa membuat orang yang memiliki trypophobia merasa kulit mereka berkeringat dingin, merinding, bergidik, gatal, terasa sakit atau nyeri nyata, bahkan bisa hingga mual dan muntah karena mereka menganggap apa yang mereka lihat benar-benar menjijikan.
Beberapa dari orang-orang ini berpikir bahwa ada sesuatu yang berbahaya mungkin mengintai di dalam lubang itu, dan beberapa di antaranya takut bahwa karena merasa akan jatuh ke dalam lubang. Trypophobia dalam beberapa kasus yang parah bahkan bisa memicu serangan panik.
Apa penyebab trypophobia?
Fobia adalah gangguan kecemasan yang biasanya timbul karena dipelajari atau pengalaman (gigitan anjing dapat menyebabkan rasa takut pada anjing) atau karena mekanisme evolusi bawaan, seperti yang mungkin mendasari ketakutan akan laba-laba dan ular (karena mereka adalah makhluk berbahaya). Biasanya, ada ancaman, spesifik atau umum, nyata atau dibayangkan yang mendasari sebuah fobia.
Dalam kasus trypophobia, tidak ada ancaman yang jelas, dan pola visual yang menyebabkan fobia bisa sangat acak antara satu sama lain. Meski begitu, beberapa ilmuwan menduga bahwa reaksi ekstrem terhadap bentuk bundar acak timbul karena pola tersebut menyerupai bintik atau lingkaran yang ditemukan pada hewan beracun, termasuk ular dan gurita berkepala biru. Lantas, apa sebenarnya yang jadi penyebab trypophobia?
Ada beberapa teori di balik penyebab trypophobia. Dalam sebuah makalah, Paul Hibbard dan Arnold J Wilkins menduga bahwa rasa jijik atau ketakutan yang timbul setelah melihat gambar lingkaran acak ini terjadi karena insting memerintahkan mereka sebisa mungkin menghindari berlama-lama memandangi gambar aneh tersebut. Kedua periset ini berpendapat bahwa otak yang kewalahan mengamati susunan bentuk yang acak dan kontras akan meminta asupan oksigen yang lebih banyak untuk dapat memproses informasi.
Otak menggunakan sekitar 20% energi tubuh, dan penggunaan energinya perlu dijaga seminimal mungkin. Asupan oksigen yang berlebihan dapat membuat gelombang otak jadi kacau, sehingga saraf-saraf otak Anda pun tidak bisa bekerja dengan baik. Akibatnya Anda malah akan merasakan sakit kepala, mual, pusing, dan cemas. Nah, trypophobia bekerja mirip pertahanan diri otomatis agar Anda tidak mengalami hal-hal ini. Otak mengasosiasikan lubang-lubang ini dengan bahaya.
Penyebab trypophobia mungkin didasari ketakutan akan tertular penyakit
Temuan di atas kemudian diperkuat oleh sebuah studi studi kolaborasi antara Tom Kupfer, seorang peneliti pascasarjana di bidang psikologi di University of Kent di Inggris, dan rekan penulisnya An Trong Dinh Le, yang merupakan doktorat psikologi di University of Essex.
Mereka melaporkan bahwa kecemasan atau kepanikan instens setelah melihat gelembung busa sabun atau lubang-lubang kecil di spons cuci piring mungkin terkait dengan ketakutan akan terinfeksi parasit dan penyakit menular. Memang, banyak penyakit menular yang menghasilkan gerombolan bintil, bentol, atau beruntusan berbentuk bulat acak pada kulit — misalnya saja cacar, campak, rubella, demam scarlet, serta infeksi parasit seperti tungau dan kutu.
“Patogen dan parasit telah menjadi salah satu ancaman utama manusia dan hewan sepanjang evolusi dunia,” kata Kupfer kepada Live Science, sehingga menghindari mereka akan mengurangi kemungkinan jatuh sakit. “Reaksi jijik telah lama diketahui menjadi insting primitif hasil adaptasi manusia yang paling nyata untuk menghindari penyakit,” ungkapnya.
Kebanyakan orang telah mampu menyesuaikan diri untuk dapat mengenali bahwa tidak ada bahaya nyata dari pola lingkaran acak ini, tapi untuk trypophobe — sebutan untuk orang-orang yang punya trypophobia — rasa takut, jijik, dan panik adalah reaksi refleks tanpa sadar yang tidak dapat mereka kontrol.
Psst… Jika Anda berhasil baca artikel ini sampai bawah tanpa merasa ingin muntah setelah liat gambar-gambar di atas, selamat! Itu artinya Anda tak punya trypophobia.(*)