Bandarlampung, Lampungnews.com – Tim Jaringan Arinal Djunaidi Berkarya (JAYA) menggandeng Dalang I Wayan Nardayana pada pertunjukkan wayang kulit di di Kecamatan Seputih Raman Lampung Tengah, nanti malam, Rabu (23/8). Dua sepeda motor juga disiapkan sebagai doorprize.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Provinsi Lampung tersebut menggandeng Dalang I Wayan Nardayana dalam pertunjukan Wayang Bali yang akan digelar di Lapangan Merdeka Kampung Ruktiharjo, Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah pada Rabu (23/8) malam dan di Lapangan Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan, Kamis (24/8) malam.
Pada pagelaran wayang Ceng Blonk kali ini pun warga tak hanya disuguhkan hiburan saja, namun tim Jaringan Arinal Djunaidi Berkarya (JAYA) juga menyiapkan doorprize seperti pagelaran wayang kulit sebelumnya, yakni, berupa 2 motor, 3 sepeda, 3 HP uang tunai Rp 1 juta untuk 5 orang pemenang dan Rp 500 ribu untuk 10 orang pemenang yang beruntung.
Wayang Cenk Blonk adalah wayang kulit kesenian asli dari Pulau Dewata, Wayang Cenk Blonk dari jaman kerajaan hingga saat ini ternyata peminatnya masih tetap banyak, apalagi wayang Cenk Blonk yang di dalangi oleh Dalang tersohor I Wayan Nardayana ini, pastinya perut Anda akan di kocok abis.
Cerita-cerita yang menarik, humor-humor yang segar dan sarat akan firsafat kehidupan membuat wayang yang di dalang I Wayan Nardayana ini memang tak pernah sepi peminatnya, penokohan yang benar-benar hidup sulit di saingi oleh pedalang lain .
I Wayan Nardayana terlahir dari keluarga petani miskin dan tak punya leluhur berdarah seni mendalang wayang kulit. Namun, keuletan belajar dan kecintaan terhadap seni mengantarkannya menjadi dalang wayang kulit bali. Ia sukses dan populer sejak 15 tahun lalu dengan sebutan dalang inovatif Cenk Blonk.
Pria ini dikenal karena pertunjukan wayang kulitnya memasukkan lelucon serta obrolan ceplas-ceplos segar dan aktual di sela pertunjukannya. Sejak tahun 2002, ia terus memodifikasi pentas wayang kulitnya dengan permainan lampu warna-warni serta berbagai suara untuk mendukung cerita.
Bahkan, ia membawa sekitar 50 kru dan satu generator listrik berkekuatan 7.000 watt setiap kali mentas. Layar yang dia gunakan tak biasa, 6 meter dan tinggi 1,5 meter.
Maka, meski pertunjukannya tidak semalam suntuk – hanya dua setengah jam, kemunculan wayang Cenk Blonk serasa angin segar dan penontonpun diprediksi bisa membeludak.
Kemasan pencahayaan yang apik, disertai lelucon hingga obrolan ceplas-ceplos ala rakyat, menjadikan penonton berusia tua dan generasi muda tak beranjak selama pertunjukan.
Nardayana menyisipkan lelucon segar dan kritik sosial melalui tokoh rakyat Nang Klenceng dan Nang Eblong. Kedua tokoh itu punya bentuk lucu, dari kepalanya yang botak dan berkucir, serta gigi tonggos. Kedua tokoh yang dia mainkan inilah yang membuat Nardayana dikenal sebagai dalang Cenk Blonk.
Awal pentas tahun 1992, Nardayana menggunakan nama kelompoknya, Gita Loka. Tiga tahun kemudian ia menggunakan nama Cenk Blonk hingga kini.
Penggunaan huruf K menggantikan G pada Nang Klenceng (Cenk) dan Nang Eblong (Blonk), lanjut Nardayana, agar terkesan lebih gaul. Lagi-lagi ini juga menjadi bagian cara menarik penonton. Apalagi, saat itu ia belum berinovasi dengan tata pencahayaan warna-warni.
”Setiap hari, tiyang memperbarui bahan guyonan atau kritik sesuai tren berita-berita di media massa atau masyarakat sekitar Bali. Tiyang tetap perlu memerhatikan siapa saja penonton saat pertunjukan. Ya, biar nyambung dengan penontonnya dan mereka terhibur,” ujarnya.
Berawal dari kesedihan kepiawaian mendalang berawal dari kesedihan Nardayana terhadap sebagian masyarakat yang meninggalkan pertunjukan seni wayang kulit. Sekitar tahun 1989 dia bertekad mengembalikannya.
Jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dipilihnya sebagai penguat dan pengayaan idenya. Sementara spiritualnya, dia gali dalam kuliah S-2 di Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. (*/Davit)