Bandarlampung, Lampungnews.com – Kepolisian Inggris masih mengejar sejumlah pelaku peledakan bom di Stasiun Parsons Green. Aksi terorisme yang terjadi Jumat (15/9) pagi itu menciderai 29 orang.
Dilansir dari BBC Indonesia, disebutkan Pemerintah Inggris meningkatkan ancaman teror ke taraf ‘kritis’, tingkat tertinggi yang berarti serangan berikutnya dapat terjadi dalam waktu dekat.
Peningkatan taraf ancaman teror itu juga membuat Perdana Menteri Theresa May berwenang memerintahkan militer untuk menyokong kepolisian. Dengan demikian, sejumlah serdadu dapat dikerahkan menggantikan polisi dalam menjaga berbagai infrastruktur nasional.
Penggunaan militer adalah bagian pertama Operasi Temperer, yaitu langkah pemerintah yang mengesahkan pengerahan serdadu untuk membantu polisi setelah berbagai serangan terjadi. Operasi itu diberlakukan pertama kali pada 23 mei lalu, menyusul serangan di Manchester Arena.
Hal lainnya, polisi London diberi wewenang untuk mengusung senjata api di tempat umum.
“Publik akan melihat polisi bersenjata di jaringan transportasi dan di jalan guna memberikan perlindungan ekstra. Ini merupakan langkah proporsional dan wajar yang memberikan rasa aman dan perlindungan selagi penyelidikan berlangsung,” kata May.
Sejauh ini kelompok milisi ISIS mengklaim sebagai pihak yang melakukan peledakan itu.
Namun, Asisten Komisaris Kepolisian Metropolitan London, Mark Rowley, mengatakan ISIS terbiasa mengklaim serangan, “terlepas dari apakah kelompok itu telah berhubungan dengan pelaku atau tidak.”
Koresponden BBC, Danny Shaw, melaporkan bahwa kepolisian telah menggunakan kata pelaku dalam bentuk jamak. Artinya, amat mungkin aparat mencari lebih dari satu pelaku.
“Asumsi Scotland Yard dan MI5 bahwa setidaknya ada satu orang pelaku dan ada orang lainnya yang membantu atau mendorong pelaku menaruh alat tersebut,” kata Shaw. (*)