Jakarta, Lampungnews.com–Tak ada yang menyangka bahwa seseorang dengan kekurangan penglihatan bisa menjadi barista. Tapi kalau berkesempatan mereguk kopi di Café More di Bandung, anda akan mendapatkan kenyataan menarik.Kafe di kompleks Sentra Wyata Guna Bandung, itu diawaki oleh barista yang juga penyandang disabilitas sensorik netra low vision yang sudah mendapatkan pelatihan.
Sebanyak lebih dari 1 juta jiwa penyandang disabilitas terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Di dalamnya termasuk 340.483 penyandang disabilitas sensorik atau tuna netra. Secara konvensional, penyandang disabilitas sensorik banyak diberikan pelatihan pijat mengingat mereka memiliki ketajaman indra peraba.
Namun streotip itu hendak diubah oleh Kementerian Sosial melalui inovasi “Baris Ditebas”: Barista Disabilitas Terobos Stigma Keterbatasan. Kini banyak penyandang disabilitas sensorik low vision sukses di luar jalur pijat.
Baris Ditebas terpilih menjadi Top 99 Inovasi Pelayanan Publik bidang Inklusi Sosial yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Kepala Sentra Wyata Guna Iri Sapria dalam paparannya di hadapan Tim Panel Independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik mengatakan inovasi ini sudah menjangkau 22 orang disabilitas sensorik netra low vision.
“Tiga angkatan yang sudah dilatih sejak tahun 2019. Tiga orang yang menjadi barista atau pramu kopi di Café More,” katanya.
Dikatakan Iri, pelatihan barista yang diinisiasi sejak tahun 2019 memiliki berbagai kebaruan yaitu kurikulum yang komprehensif, pembelajaran di kelas dan praktek kerja ke lapangan, dan dilatih oleh instruktur yang berpengalaman. Pelatihan barista menjanjikan harapan baru bahwa ternyata penyandang disabilitas sensorik low vision bisa menjajal profesi-profesi yang lebih luas.
Jika pelanggan ingin mencoba kopi buatan barista penyandang disabilitas, dapat datang ke Café More Sentra Kreasi ATENSI Wyata Guna yang beralamat di Jalan Pajajaran Bandung.
“Pelanggan penikmat kopi di Café More adalah komunitas dan para ibu-ibu yang mengantar anaknya ke sekolah. Pada tahun 2023, Café More berhasil mencetak omset hingga Rp62 juta. Laba ini sepenuhnya diberikan kepada para barista,”ujar Iri.
Salah satu penyandang disabilitas sensorik low visiom yang sukses adalah Sri Ayu Astuti. Wanita yang akrab disapa Cici ini awalnya bekerja sebagai pemijat dengan penghasilan Rp300 ribu per minggu. Kemudian ia mengikuti pelatihan barista angkatan ke tiga di Sentra Wyata Guna Bandung dan mengelola Cafe More bersama dengan dua orang Barista lainya.
Saat ini, penghasilan Cici dari barista mencapai Rp500 ribu – Rp700 ribu per minggu. Salah satu anggota Tim Panel Indipenden KIPP yang juga merupakan Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi, mengapresiasi Inovasi Baris Ditebas.
“Saya terharu banget dengan hal ini. Ini bagus banget,” katanya dikutip dalam rilis resmi Kemensos, Jumat (30/6/2023).
Sebagai tim panel, Neneng menyarankan agar inovasi Baris Ditebas membuat analisis pertumbuhan omset dan memastikan pemasaran dapat menjangkau konsumen yang lebih banyak, terutama warga Bandung.
Menurutnya, Café More dapat menjadi daya tarik bagi turis yang berkunjung ke Kota Bandung oleh karena itu pemasaran menjadi hal yang sangat penting. Selain itu, Neneng tertarik untuk membantu pelatihan dan edukasi dari segi financial, marketing, dan konten.(*)