Gunung Kidul, Lampungnews.com-Masalah kekeringan menjadi siklus tahunan bagi sebagian masyarakat Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat musim kemarau, sungai dan sumur mengering menjadikan air sebagai komoditas langka. Masyarakat terpaksa meminta air dari tetangga, mengharapkan bantuan dari pihak lain, atau membelinya dari swasta.
Namun, pada musim kemarau tahun ini, kondisi berbeda terjadi di Padukuhan Wates (setingkat dusun), Kalurahan (Desa) Karangsari, Pakunewon (Kecamatan) Semin. Air mengalir langsung ke keran rumah warga, dan ada tandon air siap minum yang bisa diambil secara gratis. Hal ini berkat Instalasi Pengolahan Air Terpadu (IPAT) yang dipasang Kementerian Sosial melalui program Keserasian Sosial.
Salah satu warga, Marsinah (53), tak bisa menyembunyikan rasa suka citanya melihat sumber air yang selama ini diidam-idamkan. Marsinah adalah salah satu warga yang secara swadaya memasang pipa dari IPAT untuk dialiri ke rumah. Kini, ia bisa dengan nyaman menggunakan air untuk keperluan rumah tangga dan memberi minum sapi miliknya.
“Alhamdulillah sekali. Saya senang udah lama kan saya mimpi-mimpi. Katanya kan mau bikin sumur bor, tapi kan belum-belum terus. Pokoknya seneng banget Alhamdulillah akhirnya benar-benar ada, nyata keluar. Kalau kemarau begini nggak nyari kemana-mana,” katanya dikutip dalam rilis resmi Kemensos, Minggu (8/10/2023).
Sebelumnya, Marsinah menggunakan air sumur milik tetangga yang rumahnya sudah tidak didiami. Namun saat kemarau, air sumur surut sehingga tidak bisa dipompa. Dalam kondisi ini, Marsinah terpaksa ke sungai. Kondisinya pun tinggal genangan air dan tidak layak dikonsumsi.
“Jauh naik motor nyuci baju itu. Kalau udah banyak, satu kresek gitu dibawa ke sana. Tapi alhamdulillah, sekarang ada ini (IPAT), jadi nggak ke sana lagi,” ujarnya.
Selain air bersih, Marsinah juga mengambil air siap minum. Air ini diolah dengan teknologi Reverse Osmosis (RO) yang memfiltrasi kuman, virus, dan zat kimia sehingga aman dikonsumsi. Marsinah sendiri secara rutin mengkonsumsi air dari RO sejak dua bulan yang lalu.
Sama seperti Marsinah, warga Padukuhan Wates lainnya, Bambang Setiawan (65), juga mengambil air RO untuk langsung dikonsumsi. Ia mengaku merasa aman mengonsumsi langsung meskipun tes lab belum keluar.
“Saya sudah mencoba saya air bersihnya yang dari RO itu. Saya sudah menggunakan selama 2 minggu, langsung saya konsumsi dalam arti tidak masak. Kapur nya sedikit sekali, maka dari itu saya berani konsumsi,” kata pria yang merupakan pensiunan marinir ini.
Saat artikel ini ditulis, hasil analisa tes laboratorium sudah keluar. Berdasarkan tes yang dilakukan oleh Laboratorium Manajemen Kualitas Lingkungan Hidup Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), air RO memiliki pH yang dipersayaraykan sebagai air minum dan bebas dari zat kimia berbahaya.
Selain aman diminum, air dari RO mampu menghemat pengeluaran masyarakat. Setidaknya ini dialami oleh Sugiman (58), warga Padukuhan Kendal, Kalurahan Giring, Pakunewon Kaliyan. Sebelumnya, pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjual angkringan ini harus merogoh kocek Rp10.000 per hari untuk memenuhi kebutuhan konsumsi air.
“Biasanya beli air isi ulang harganya Rp10.000, tapi setelah ada itu cuman ambil gratis. Jadi nggak pakai uang untuk mengurangi biaya,” katanya.
Kemensos memasang IPAT di dua lokasi, yaitu Kalurahan Karangsari Pakunewon Semin dan Kalurahan Giring Pakunewon Kaliyan. Bantuan tersebut berupa pengolahan air bersih dan air siap minum yang dapat diambil langsung di lokasi. Sementara itu, pengaliran air bersih ke rumah merupakan swadaya masyarakat.(*)