Jakarta, Lampungnews.com – Penasihat I Dharma Wanita Persatuan (DWP), Kementerian Sosial (Kemensos), Fatma Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mendorong kemudahan bagi penyandang disabilitas penyakit langka untuk mendapatkan layanan terapi di fasilitas kesehatan.
Hal tersebut ia sampaikan saat menghadiri Sarasehan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Bersama Dharma Wanita Persatuan Kementerian Sosial di Salemba Jakarta Pusat pada Kamis (17/4/2025).
Selain di Puskesmas ataupun Rumah Sakit yang ada di masing-masing kecamatan, Fatma mendorong agar pelayanan terapi bagi para disabilitas dapat dilakukan di sentra dan balai Kementerian Sosial di seluruh Indonesia.
“Saya memberi apresiasi kepada para pendamping yang memberikan kasih sayang dan perawatan yang baik kepada anak-anak spesial kita. Di 31 sentra dan 6 balai nanti kita fasilitasi agar bisa ada layanan terapi bagi disabilitas. Jadi ada alternatif selain menggunakan BPJS Kesehatan yang antriannya panjang,” ujar Fatma.
Ia juga berharap agar pelayanan kesehatan lebih ramah terhadap kelompok disabilitas. Misalkan seperti loket atau antrian khusus.
“Saya mengenal beberapa ibu dari komunitas Indonesia Rare Disorder, untuk itu saya melakukan sarasehan. Kegiatan hari ini dimaksudkan untuk mendekatkan hati kepada penyandang disabilitas penyakit langka. Kita berikan fasilitas pelayanan yang di support lima sentra Kemensos yakni Sentra Handayani, Mulyajaya, Pangudi Luhur, Intensuweno, dan Galih Pakuan,” tambah Fatma.
Fatma menyebutkan pihaknya tidak bisa jalan sendiri, untuk itu Kemensos dibantu kementerian dan lembaga lainnya memberikan pelayanan kepada para penyandang disabilitas.
“Saya berdiskusi dengan Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, ahli gizi, dan kita meminta mereka menyampaikan aspirasinya. Semoga kegiatan ini dapat memberikan pencerahan kepada ibu-ibu hebat yang memiliki anak-anak spesial, sehingga pelayanan terapi yang lebih baik dapat diterima di semua Puskesmas dan Rumah Sakit,” paparnya.
Kementerian Sosial disebut Fatma sangat memberikan dukungan kepada para penyandang disabilitas penyakit langka.
“Dalam rangka asesmen kebutuhan primer mereka. Untuk penyandang disabilitas penyakit langka ini kadang ada kebutuhan seperti AC dan mobil. Dalam DTKS memang tidak dapat dimasukkan, tapi dalam DTSN semoga nanti ada pengecualian. Sehingga uneg-uneg mereka dapat ditampung. Jadi bukan karena mereka kaya atau miskin tapi soal kebutuhan penyandang disabilitas,” terang Fatma.
Fatma menjelaskan pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan, khususnya soal terapi di lokasi yang jauh di daerah pelosok. Untuk itu pihaknya mendorong ada layanan terapi di setiap kecamatan.
Berbagai karya kelompok penyandang disabilitas di Jabodetabek dan anak-anak lainnya yang belajar di sentra juga dihadirkan dalam kegiatan tersebut. Para penyandang disabilitas di sentra dapat mempelajari tata boga, tata busana, tata rias, melukis. Dan disebut Fatma hasil karya mereka luar biasa. Mereka punya potensi masing-masing.
Terkait kategori keluarga disabilitas memiliki AC dijelaskan Fatma bukan karena keluarga mereka kaya tapi memang dibeli karena dibutuhkan oleh anaknya agar nafasnya tidak engap (sesak nafas).
“Mereka itu orang tua nya ada yang mampu dan ada yang tidak. Yang tidak mampu misalkan ada yang orang tua nya ojol, satpam. Jadi mereka mengurangi kebutuhan pribadi untuk kebutuhan anak mereka yang disabilitas,” ungkapnya.
Fatma mengaku baru saja berkunjung ke Sidoarjo di Sahabat Gempita, ia mengemukakan ada satu ibu melahirkan tiga anak dan seluruh nya disabilitas.
“Saya prihatin, tapi mereka kuat dan kita perhatikan melalui Dinas sosial kita,” tambahnya.
Lebih lanjut Fatma melihat Dharma Wanita Kementerian Sosial meskipun baru tersusun setelah lama vakum, namun mereka senang mengikuti kegiatan seperti santunan Yatim Piatu, Disabilitas.
“Ini bagian dari tanggung jawab kita membantu Kementerian Sosial, kita senang bisa support, menyayangi dan memberikan ketenangan kepada mereka. Kementerian Kesehatan memberikan fasilitas psikologi klinis, banyak orang tua anak disabilitas curhat, setelah di tes mereka banyak yang dalam kondisi stress,” pungkasnya. [*]