Pesawaran, Lampungnews.com – Banjir terjadi di sejumlah wilayah di Provinsi Lampung tidak saja akibat hujan berkepanjangan, namun juga akibat keberadaan hutan tidak dijaga.
“Turunnya hujan lebat dalam durasi lama sehingga membuat banjir kurang tepat,” kataSekretaris PC GP Ansor Pesawaran, Aan Saputra, di Pesawaran, Jumat (24/2).
Menurut Aan. hujan lebat merupakan bagian dari salah satu proses akan terjadinya banjir. Karena secara teori, bahwa banjir terjadi karena daya resap air kurang memadai dengan kondisi hujan yang begitu lebat dan lama.
“Yang namanya turun hujan dengan lebat dan lama tidak hanya terjadi saat ini saja. Bahkan sejak dulu mungkin sudah sering,” ujar dia.
Terjadinya banjir, kata dia lagi, dikarenakan daya serap dimiliki pegunungan sudah tidak memadai lagi sehingga air turun secara langsung mencari tempat lebih rendah dan sebagian besar merupakan pemukiman warga.
“Jadi wajar kalau kita yang kena air ciptaan Allah atas kondisi semacam itu,” paparnya.
Aan melanjutkan, manusia pun sama-sama melakukan sunatullah, sudah ditetapkan dan sama-sama punya hak untuk menempati tempatnya masing-masing.
“Ketika tempatnya sudah tidak tersedia maka wajar kalau mencari tempat yang lain,” ujar Aan menggambarkan terjadinya banjir.
Sekretaris Ansor Pesawaran itu mengharapkan, pemerintah dan masyarakat bersama dalam mengawasi hutan kawasan yang sebagian besar kemungkinan sudah punah, dirambah orang tidak bertanggungjawab yang tidak mengerti pentingnya hutan kawasan agar terjaga dan tetap subur.
Menurut dia, sangat elok jika masyarakat, keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) dan semua pihak bisa bergandeng tangan dalam menjaga hutan kawasan.
Berdasarkan data 2010, tingkat kerusakan hutan di Provinsi Lampung akibat ulah manusia dan aktivitas pembangunan serta pemanfaatan lahan hutan menjadi perkebunan, tergolong paling parah dibanding daerah lain di Sumatra, dengan tingkat degradasi kutipan sebesar 70 persen.
Data Dinas Kehutanan Lampung 2013 menyebut kerusakan hutan di daerah ini terbagi dalam tiga fungsi hutan, yaitu hutan konservasi, lindung, dan produksi dengan luas 555.317 hektare atau 55,27 persen. (Adam)