Pringsewu, Lampungnews.com – Sekumpulan perempuan paruh baya tampak sibuk menorehkan cat pada lembaran kain mori primissima terletak di meja ragangan.
Menggunakan tempat minuman bekas sebagai wadah cat di genggaman kiri, dengan kuas di tangan kanan, perlahan tapi pasti, mereka menorehkan warna. Ada corak pada primissima yang mereka jadikan sebagai media berlatih membatik sesudahnya.
Di ruang sebelah, Junariyah pun tampak serius menyendiri dengan kain sama. Jemarinya menitikkan cairan malam dengan canting mengikuti alur tergambar pada kain.
Tak jarang, terdengar canda dan sahutan cerita antar ruang tak berjauhan, dalam rumah di suatu gang yang berada di Kelurahan Pringsewu Barat, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu.
Suara-suara keluar dari mulut mereka menambah keasyikan merampungkan setiap bentukan motif bergambar, dengan padu padan warna sudah ditentukan.
Para ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Rumpun Bambu, setiap hari berkumpul, berkreasi, dan mengasah naluri berniaga lewat seni.
“Lebih kurang ada 15 ibu-ibu yang tiap harinya belajar dan membuat batik tulis di sini. Kalau ibu-ibu biasanya kumpul belajar pukul 09.00 WIB. Ada juga yang pulang pukul 15.00 WIB. Prinsipnya, Rumpun Bambu selalu terbuka, bagi siapapun yang mau belajar dan mengembangkan batik asli Pringsewu,” kata pencetus KUB Rumpun Bambu, Fitri Amin Bukhori.
Bersama sang isteri, Kunti Alfiah, para ibu rumah tangga itu dikenalkan dan diajarkan bagaimana cara membatik. Berbagai alat dan perlengkapan membatik pun telah tersedia.
“Ada malam, kain primissima, kompor listrik, pewarna, pengunci warna, dan beragam canting sebagai alat membatiknya. Termasuk juga pewarna, seperti remasol, indigosol, naaptol, pewarna alam,” kata pria yang akrab disapa Pi’i itu menambahkan.
Seperti ibu-ibu lainnya, Supiyah dan Titidati kompak bersamaan melukis kain yang membentang di hadapannya. Keduanya sudah tampak lihai memberi warna pada gambar gajah mengangkat barbel dengan hiasan batang bambu, dua ikon Kabupaten Pringsewu pada kain.
Bermodalkan semangat dan dukungan dari isteri tercinta, Pi’i, bapak dua orang anak itu mengenalkan kerajinan batik tulis dan memberikan pelatihan kepada para ibu-ibu KUB Rumpun Bambu tentang cara dan proses membuat batik tulis bermanik.
Pemberian manik pada tiap batik tulis karyanya itu ia jadikan sebagai identitas dan digaungkan sebagai kerajinan batik khas asal daerah berjuluk Kota Bambu, Kabupaten Pringsewu.
Secuil harapan pemilik Ramones Art itu, kelak Rumpun Bambu bisa dijadikan pusat pelatihan kerajinan batik, manik-manik, atau kerajinan tangan lainnya.
Rumpun Bambu adalah tempat belajar bersama. Syaratnya hanya mau mengembangkan diri dan ikut berpartisipasi membangun Pringsewu dengan mengenalkan batik kombinasi manik-manik tersebut.
Selain menjadi ajang berkumpul positif, Rumpun Bambu diharapkan bisa menjadi ruang berkegiatan tambahan dan kedepan, bisa menambah ekonomi bagi para ibu-ibu rumah tangga. (Anton Nugroz)