Pringsewu, Lampungnews.com – Kekhawatiran datangnya banjir susulan menghantui sejumlah korban banjir di Pringsewu, khususnya warga yang tinggal di rumah geribik. Warga takut rumahnya hanyut terbawa arus banjir.
Mendung masih bergelayut di langit Pringsewu. Meski air di dapur sudah mulai surut, rasa khawatir masih bergelayut di benak Murdiansyah (38) sore itu akan kembali hujan.
Dipan, beberapa bantal, barang elektronik, dan sejumlah barang berharga milik sang anak dibiarkan bergelantung di ruang tamu, berjaga-jaga bila sungai di sebelah rumahnya bakal meluap dan menggenangi lagi rumah geribiknya.
Luapan air sungai akibat hujan yang terjadi Senin (20/2) malam lalu juga membuat ratusan rumah warga lainnya terendam. Bahkan, separuh rumah geribik milik Sariah, tetangganya, hanyut diterjang air dari luapan sungai.
Firasat Murdiansyah malam itu membuat anak-anaknya selamat. “Malam itu saya nggak bisa tidur mas. Sekitar jam empat subuh air mulai masuk sampek kasur untuk tidur anak saya ngambang,” kata Murdi, sapaan akrabnya saat ditemui Lampungnews.com di rumahnya, Selasa (21/2) sore.
Najwa, anak perempuan ketiganya itu lantas dibopongnya mengungsi bersama kedua anaknya yang lain. Sementara sang istri menggendong si bungsu membawa ke rumah warga yang lolos dari ancaman hujan malam itu.
Nasib yang sama dialami Erik, warga yang rumahnya berada di seberang rumah Murdi di bantaran sungai yang sama. Gubuk reot miliknya juga menjadi korban dahsyatnya terjangan air. Rumah geribik milik puluhan warga di dua dusun di Wonodadi lah yang paling naas terdampak musibah akibat hujan seharian saat itu.
Ironis, rumah warga miskin justru menjadi tontotan orang untuk mengutarakan rasa iba. Empat bungkus mie instan gratis yang diterima Murdi dan keluarganya saat itu, mungkin dianggap sebagai penganti empati orang yang melihat deritanya.
“Alhamdulillah tadi dikasih empat bungkus mie rebus mas,” kata Murdi.
Jauh harapan merasakan hunian layak, sebuah gubuk di lahan pinjaman yang ia tempati bersama istri dan keempat anaknya kini rusak akibat musibah alam. Yang pasti, Murdi tak sendiri. Puluhan warga lain di sekitar rumahnya juga merasakan kemelaratan seperti yang dialaminya.
Boniem misalnya. Warga yang juga bertahun-tahun menempati rumah berbahan geribik. Namun, janda tua ini sedikit beruntung. Rumah yang ia tempati berada di lahan yang lebih tinggi sehingga selamat dari musibah luapan air. Termasuk rumah geribik milik Wasinah, anak Boniem. Rumah keduanya yang berada bersebelahan ini juga tak tersentuh rehab janji pemerintah daerah.
“Kalau total rumah warga yang geribik ya lebih dari 20an mas di sekitar sini,” kata Murdi.
Soleha (37), masih disibukkan dengan lemari plastik yang kotor akibat lumpur. Istri Murdi ini masih berjibaku membersihkan perabot rumah dari sisa lumpur. Anak-anak mereka diumbar, agar lupa akan derita dari musibah yang dialami.
“Ya kalau ada bantuan buat orang miskin kaya kami, ya kami berharap mas tahun ini dapat lagi,” kata Soleha diamini warga lain yang tengah berkumpul mengais sisa-sia barang yan masih terendam air.
Musibah banjir akibat hujan yang mengguyir sebagian besar wilayah Kabupaten Pringsewu Senin (20/2) malam mengakibatkan ribuan rumah warga di beberapadesa/pekon di Kecamatan Gadingrejo terendam air. Diantaranya di Pekon Bulokarto, Gadingtimur, Wonodadi, Krandegan, Blitarejo, dan Parerejo.
Bahkan, dampak luapan air dari Way Bulok turut merendam rumah warga Pekon Sidoharjo, Kecamatan Pringsewu, yang ada di bantaran sungai. Ratusan rumah warga dengan total seribuan jiwa menjadi korban banjir. (Anton Nugroz)