Bandar Lampung, Lampungnews.com – Berawal dari kegelisahannya akan minimnya pengetahuan anak muda tentang kebudayaannya sendiri, Wilson Aryo Saputra (30) membuat beragam seni rupa bercorak kebudayaan dari Sabang sampai Marauke.
Ia membuktikan jika mencintai Tanah Airnya tak melulu harus berdarah-darah hingga mengeluarkan biaya banyak. Meninggalkan Museum Fatahillah, Jakarta, Wilson yang sebelumnya tergabung dalam Komunitas Lorong Rupa Kota Tuart akhirnya beranjak ke Lampung.
Dengan bermodalkan limbah industri dan rumah tangga, dari tangan dinginnya beragam aksesoris diciptakan. Mulai dari kalung, gelang, topeng, dan aksesoris lainnya ia buat setiap harinya. Ia pun berkeliling dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sepeda motor.
Hingga akhirnya, pada delapan bulan silam, ia mendirikan saung yang diberi nama Cer’MIND Ragam Kriya. Nama tersebut memiliki arti sendiri yakni Cer yang bermakna cerita dan Mind dalam bahasa inggris yang artinya pikiran, yang jika digabungkan bermakna cerita dari segala pikiran yang ada pada dirinya.
Untuk bahan baku sendiri, Wilson biasanya berburu ke panglong kayu, rumah penjahit, bahkan mendatangi lokasi pohon tumbang.
Warga sekitar yang mengenalnya pasti mengabarinya jika ada penebangan pohon atau pohon tumbang. Kayu yang digunakan untuk berkarya yakni kayu mahoni, jati, dan sonokeling.
Ia mengakui jika segala bentuk seni yang ia buat berdasarkan suasana hatinya. Biasanya ia mengekspresikannya lewat ukiran pada bahan limbah kayu yang berubah menjadi topeng.
Uniknya, Wilson hanya bisa satu kali membuat ekspresi wajah dalam produksi, artinya tidak akan ada karya dan bentuk yang sama yang akan ia buat. (El Shinta)