Bandarlampung, Lampungnews.com – Hari Perempuan Internasional (HPI) diperingati setiap 8 Maret adalah hari besar yang dirayakan di seluruh dunia untuk memperingati keberhasilan kaum perempuan di bidang ekonomi, politik dan sosial.
Namun demikian, ujar Koordinator Lembaga Advokasi Perempuan Damar, Sofian Hadi di Bandarlampung, Rabu (8/3), justru keberhasilan kaum perempuan di Provinsi Lampung belum semaksimal yang diharapkan oleh kaum perempuan.
Ia menuturkan, masih banyak persoalan-persoalan seperti kekerasan terhadap perempuan yang sampai saat ini masih tinggi di Provinsi Lampung.
“Persoalan perempuan itu sendiri pertama terkait dengan kekerasan yang terjadi terhadap perempuan cukup tinggi. Artinya begini, bahwa pemerintah belum secara maksimal memberikan rasa aman dan nyaman bagi kaum perempuan di Provinsi Lampung,” terangnya.
Selain dari kekerasan terhadap perempuan, posisi-posisi strategis (birokrasi) yang ada di Lampung masih banyak rata-rata dipegang oleh laki-laki.
“Ketika suatu kebijakan yang memutuskan adalah kaum laki-laki maka kita belum berharap bahwa keputusan yang diambil itu bisa berdampak pada perempuan, karena ketika laki-laki mengambil keputusan maka akan ada pikiran laki-laki yang masuk dalam kebijakan itu sendiri,” ujarnya.
Ia menambahkan, data kekerasan terhadap perempuan di Lampung tahun 2016 sekisar 36 kasus. Sedangkan tahun 2017 sampai dengan bulan Februari ada 6 kasus yang ditangani Damar.
“Di tahun 2016 itu cukup besar. Kita juga masih kompilasi data keseluruhan di tahun 2016. Sedangkan kasusnya sendiri rata-rata yang terbesar kasus seksual. Dan itu hampir seimbang, baik belum cukup umur ataupun yang sudah cukup umur,” paparnya.
Berkaitan dengan itu, kata dia menambahkan, tantangannya ialah bagaimana pemerintah bisa memberikan layanan kesehatan bagi korban-korban kekerasan. Penegak hukum juga diharapkan bisa menerima pengaduan dan menerapkan pasal-pasal yang membuat jera pelaku ketika ada kasus kekerasan yang menimpa perempuan.
Sofian berharap, pemerintah harus lebih maksimal dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi kaum perempuan.
“Tidak hanya memberikan layanan kepada korban, tetapi bagaimana melakukan pencegahan supaya kekerasan itu sendiri bisa kita tekan jumlahnya,” pintanya. (Adam)