Bandar Lampung, Lampungnews.com – Pusat kesenian di Kota Bandar Lampung ‘nyaris’ mati. Sebutan itu bukan sekedar isapan jempol belaka, lahan yang biasanya dipenuhi para seniman dengan bermacam-macam kreativitas itu kini bak rumah hantu.
Padahal keberadaan Pasar Seni Enggal sejatinya mampu menghidupkan semangat kreatifitas dan membangkitkan kembali nilai budaya Lampung yang sempat mati suri. Sejumlah anak muda mengisi 20 pondokan yang disediakan untuk berlatih menari, melukis, bermain musik, hingga membuat berbagai kesenian.
Hilangnya para penghuni Pasar Seni Enggal ini terjadi sejak beberapa tahun silam. Satu per satu penghuni Pasar Seni meninggalkan rumah-rumah kecil yang berbentuk seperti rumah kurcaci. Banyak alasan dibalik ini semua. Mulai dari minimnya fasilitas, hingga jadi korban politik pemerintah yang berkuasa.
Tahun 2015 lalu, 20 penghuni pondokan Pasar Seni mengeluhkan tidak adanya fasilitas penerangan yang memadai hingga pengusiran yang dilakukan secara sepihak oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) yang saat itu tidak diketahui Wali Kota Bandar Lampung, Herman HN. Image negatif juga melekat pada Pasar Seni Enggal yang kerap dijadikan tempat nongkrong sejumlah anak punk dan tempat mesum.
Hingga akhirnya, perseteruan antara Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung memperebutkan aset Pasar Seni Enggal.
Kepemilikan Pasar Seni sejatinya memang aset pemprov, namun pengelolaannya diserahkan ke pemkot. Setelah bertahun-tahun mengelola hingga membangun sejumlah fasilitas, pemkot meminta agar Pasar Seni dihibahkan. Namun sayangnya, pemprov tetap menarik kembali aset tersebut.
Kini para penghuni yang hanya tinggal beberapa komunitas saja dibuat bingung. Berhembus kabar pemprov akan segera membongkar Pasar Seni pada bulan Maret ini. Para penghuni mengaku kebingungan akan pindah kemana dan penempatan lokasi baru juga masih simpang siur. (El Shinta)