Bandarlampung, Lampungnews.com – Meski tingkat partisipasi perempuan dalam pilkada di Lampung termasuk tinggi, mencapai 60 persen pemilih, namun angka itu tidak sebanding dengan keterlibatan wanita dalam pengambilan kebijakan.
Dalam pilkada terakhir di tahun 2015 lalu di delapan kabupaten/kota, partisipasi perempuan sekitar 5 – 7 persen lebih banyak dibanding laki-laki. Tetapi, perempuan seperti hanya dimanfaatkan untuk mendulang suara saja.
Ketua Serikat Perempuan Bandar Lampung (SPBL), Suriyati mengatakan, keterwakilan perempuan di dunia politik yang seharusnya memiliki kuota minimal 30 persen tidak terpenuhi. Selain itu ditingkat aparatur desa, keterlibatan wanita hanya sebatas perangkat desa bukan pengambil keputusan.
“Perwakilan perempuan dimana ditingkat desa, lembaga pemerintahan belum terpenuhi,” kata Suriyati, Jumat (15/9).
Lihat juga:
Perempuan dalam Pilkada, Partisipasi Banyak Tapi Tak Dianggap
Pilkada, DAMAR: Perempuan Jangan Mau ‘Cuma’ Dikasih Kerudung
Suriyati yang juga Ketua Serikat Pekerja Rumah Tangga (SPRT) ini menambahkan, yang paling terlihat ketimpangan terhadap nasib perempuan adalah tidak ada jaminan terhadap PRT, belum ada UU yang melindungi terkait hak-hak PRT seperti penyesuaian gaji, tunjangan sosial hingga jam kerja.
“Intinya itu, belum ada perlindungan pekerja rumah tangga, belum ada UU yang disahkan, baru-baru ini kami mendorong untuk perwali, sudah dibuat draft, kekerasan itu bukan hanya fisik, psikis juga,” jelasnya.
Adapun Kebijakan-kebijakan yang diinginkan dari pemerintah yang paling disorot yakni keseteraan gender, keterlibatan dalam berpolitik, dan penghilangan diskriminasi terhadap perempuan.
Lihat juga:
Perempuan Lebih Konsisten Mendukung Calon Kada Pilihannya
Pengamat: Banyak Perempuan Memilih Karena Ikut Majelis Taklim
Memang, tambahnya, saat ini ada kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang dinilai sudah cukup mengakomodir kaum perempuan meskipun tidak sering dilakukan, salah satunya di bidang kesehatan.
“Kalau untuk perempuan kesehatan sudah diadakan pemerintah kota, dulu perempuan gak tau tuh tentang reproduksi perempuan, sebodo- bodo amat, saat ini sudah dapat pelajaran mengenali deteksi kanker dini salah satunya,” paparnya. (Davit)