Bandarlampung, Lampungnews.com –– Seorang guru les di Singapura divonis hukuman tiga tahun penjara karena terbukti bersalah membantu siswa-siswanya berbuat curang dalam ujian masuk perguruan tinggi. Tan Jia Yan, seorang pengajar les privat, divonis bersalah karena membantu sejumlah siswa SMA mencontek di Singapura.
Hakim menjatuhkan hukuman penjara selama tiga tahun dan sejumlah denda bagi perempuan 32 tahun itu.
Tan mengaku bersalah telah membantu setidaknya enam siswa mengerjakan ujian O-level. Ujian O-level merupakan salah satu jalur langsung untuk masuk perguruan tinggi.
Dia meluncurkan aksinya dibantu dengan teknologi canggih seperti ponsel dan perangkat tanpa kabel lain seperti earphone berwarna sama seperti kulit agar tidak ketahuan.
Rincian kasus yang diberikan Jaksa Agung memaparkan bahwa Tan bersekongkol dengan tiga orang lainnya untuk menyebarkan jawaban kepada para siswa.
Di hari H ujian, para siswa diminta mengaktifkan bluetooth di ponsel mereka yang disembunyikan di dalam pakaian. Siswa-siswa itu juga diminta memakai anting.
Tan, yang turut menjadi peserta ujian, menempelkan ponsel di dadanya. Ia menyembunyikan ponsel dengan jaket yang diapakainya. Saat tes dimulai, Tan menggunakan aplikasi penggilan video FaceTime untuk berkomunikasi dengan ketiga kaki tangannya.
Menggunakan FaceTime, Tan menyuguhkan siaran langsung soal-soal ujian yang tengah ia kerjakan.
Ketiga pembantu Tan ditempat lain mencari jawaban dari soal-soal itu. Setelah itu, ketiga orang itu menyebarkan kunci jawaban kepada keenam siswa tersebut.
“Penyelidikan mengungkap bahwa plot kecurangan yang sangat canggih ini berjalan lancar dari 19 Oktober hingga 24 Oktober 2016,” kata jaksa di pengadilan, Selasa (17/4).
Dilansir AFP, cara curang ini terungkap di hari terakhir ujian ketika salah seorang pengawas mendengar “suara transmisi elektronik” yang tidak biasa dari salah satu siswa.
Prestasi akademik memang sangat dihormati di Singapura. Negeri Singa itu bahkan menjadi salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik yang menjadi rumah dari beberapa sekolah serta universitas terbaik di dunia.
Meski begitu, sejumlah pihak mengkritik bahwa sistem pendidikan di Singapura tak jarang menempatkan banyak pelajar termasuk anak-anak dalam tekanan.
Karena tingginya standar pendidikan, banyak pelajar di Singapura rela untuk merogoh kocek lebih banyak demi mendapat kelas tambahan atau privat di luar jam sekolah untuk memperbesar peluang mereka lulus ujian O-level.