Tulangbawang, Lampungnews.com — Ribuan ikan mati di sepanjang aliran sungai Kali Miring Kampung Bujungtenuk, Menggala. Berdasarkan keterangan dari warga diduga kuat akibat keracunan limbah PT. Budi Starch dan Sweetener, TBK Divisi Tapioka Waibung Gunung Batin Udik Lampung Tengah yang berada di hulu sungai itu.
Matinya ribuan ikan dari berbagai jenis tersebut membuat warga sekitar berbondong-bondong datang untuk mengambil ikan yang mengambang yang sudaj terjadi sejak beberapa hari yang lalu.
Menurut Seman salah seorang warga tiuh toho ribuan ikan ditemukan mati mendadak sejak empat hari yang lalu saat turun hujan deras di sebagian wilayah itu.
“Sebelumnya kawasan kami diguyur hujan lebat, setelah hujan reda warga melihat ikan pada mabok, seketika ratusan warga yang mengetahui hal itu berduyun-duyun untuk mengambil ikan yang di duga mati akibat limbah dari salah satu perusahaan di hulu sungai,” jelasnya, Kamis (13/9/18) di lokasi sungai itu.
Ia mengatakan yang menjadi permasalahan keesokan harinya ratusan warga yang mengambil ikan tersebut mengalami gatal-gatal di sekujur tubuh serta merasa mual dan sakit perut usai mengkomsi ikan dari hasil tangkapan mereka,
” Belum pernah seperti ini sebelumnya, kurang lebih hampir seluruh warga yang mengambil ikan di sungai saat itu mengalami gatal-gatal dan keluar bercak merah di tubuh mereka, “terangnya.
Dirinya menduga aliran air sungai yang digunakan warga setempat sehari-hari untuk menangkap ikan sebagai nelayan telah tercemar oleh limbah salah satu pabrik di bagian hulu sungai.
Dengan demikian, dirinya bersama warga lain mengharapkan Pemerintah Kabupaten Tulangbawang melalui dinas terkait menindaklanjuti kasus dugaan pencemaran tersebut. Dikhawatirkan apabila di biarkam saja akan menimbulkan dampak yang lebih besar lagi.
“Akibat kejadian ini, kami menderita kerugian yang sangat besar karena dari dulu rata-rata warga yang rumahnya berada di pinggir sungai mencari nafkah sebagai nelayan. Kalau udah begini dari ikan yang kecil hingga yang besar mati semua, “keluhanya
Sementara itu saat wartawan turun ke salah satu lokasi yang terkena dampak lingkungan tersebut. Terlihat ribuan ikan mulai membusuk mengambang di permukaan air. Selaim itu terlihat juga perubahan warna air yang mulai menghijau serta bau busuk dari air akibat bangkai ikan yang mengapung.
Terpisah Antori Kepala kampung Tiuh Tohow Menggala saat di temui di kediamannya membenarkan terkait hal itu, bahwa asalnya juga sudah mendapkan informasi dari warga bahwa ada ribuan ikan yang mati di sungai.
“Kalau untuk penyebabnya saya juga kurang mengetahui. Tapi, kalau keterangan dari warga akibat limbah dari perusahaan Bumi Waras yang berada tepat di hulu, ” jelasnya.
Sampai hari kelima pasca tercemarnya sungai kali miring yang mengalir hingga ke hilir bunjung teknik Berton ton para nelayan, memperoleh ikan besar dan kecil hal ini tentunya merugikan para nelayan pasalnya kerusakan ekosistem biota air tawar mengancam kelangsungan makhluk hidup setiap aliran sungai yang telah tercemar.
“Tidak sampai sana saja, dengan tercemarnya sungai tersebut para nelayan mengeluh rusaknya mata pencarian, selain itu air yang dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari tidak dapat di pergunakan baik di konsumsi atau pun kebutuhan pertanian dalam hal ini pihak perusahaan harus bertanggung jawab atas kerugian masyarakat dan kerusakan lingkungan,” tegasnya
Sementara itu pihak PT. Budi Starch dan Sweetener, TBK Divisi Tapioka Waibung Gunung Batin Udik Lampung Tengah melalui bagian personalia saudara Bowo pihak telah mendengar informasi terkait adanya ikan ikan yang mabuk di hilir bahkan dirinya sudah memerintahkan timnya mengecek lokasi radius 500 meter dari titik penampungan limbah.
“Alhasil tidak di temukan , namun tidak menutup kemungkinan hal hal yang di luar pengelolaan limbah, namun kami dari perusahaan akan berkoordinasi dengan kantor pusat, adanya keluhan masyarakat terkait pencernaan di akibatkan limbah, nantinya bentuk tim guna memastikan apa penyebab matinya ikan kemudian kandungan kimia di air sungai tersebut,” jelas Bowo
Lebih lanjut, bowa menuturkan pihaknya berupaya mengelola limbah semaksimal mungkin, namun kasus di lapangan diluar upaya, pihaknya berjanji 3 hari ke depan akan memberi informasi ke pihak masyarakat.
Namun, ketika pihak media ijin hendak melihat titik penampungan terakhir limbah , Bowo berkilah harus ada ijin dulu dari pusat bila mana ingin melihat lokasi limbah.
“Mohon maaf untuk terkait kawan kawan media akan meninjau lokasi limbah terus terang kami keberatan pasalnya kami dari porsonalia harus mendapatkan ijin dari pusat,” kilah Bowo (can)