Jakarta, Lampungnews.com – Greeneration Foundation kembali menggelar Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) untuk ke-3 kalinya, 11 & 12 November 2019 dengan tujuan memperkuat komitmen para pemangku kepentingan dan menghasilkan dokumen rekomendasi dalam mewujudkan implementasi ekonomi sirkular di Indonesia. Forum yang tahun ini mengangkat tema “Towards a Sustainable Future through Circular Business Practices”, dihadiri oleh sekitar 400 peserta yang terdiri dari pejabat tinggi pemerintah, dunia industri dan sektor swasta, akademisi, praktisi profesional, dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Konferensi Pers yang diselenggarakan pada Senin, (11/11/2019) di Hotel Pullman MH. Thamrin Jakarta ini turut dihadiri para pembicara yaitu: Fahrian Yovantra, Project Leader of Greeneration, Tommi Vourinen, Vtt Technical Research Centre of Finland, Mignone Maramis, Secretary General PRAISE, Rasmus Abildgaard Kristensen, Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Bert Keesman, Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, dan Bjørnar Dahl Hotvedt, Charge d’affaires a.i Kedutaan Norwegia untuk Indonesia.
Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Rasmus Abildgaard Kristensen mengatakan bahwa Ekonomi Sirkular adalah hal besar yang dinanti-nanti oleh dunia. Dimana semua menyaksikan sektor energi telah berhasil mengubah paradigmanya menjadi energi yang berwawasan hijau dan terbarukan.
“Saat ini, Denmark pun masih belajar bagaimana cara mengimplementasikan dan mengembangkan konsep Ekonomi Sirkular, namun kami dapat berbangga bahwa kondisi lingkungan, ekonomi, dan sosial kami sudah sangat berubah menjadi lebih baik sejak 20 tahun lalu. Saat ini, sedikitnya 70% materi konsumsi di negara kami sudah dapat didaur ulang dengan baik. Ekonomi Sirkular juga ‘memaksa’ orang untuk mengubah bagaimana sebuah produk diciptakan, dikemas, dan dikonsumsi sehingga dapat mendatangkan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi. Contohnya, sebuah bangunan kini perlu mempertimbangkan konstruksi yang cerdas dalam pemanfaatan energi, efektif, efisien dan ramah lingkungan. Kami senang sekali menyaksikan Indonesia bergerak maju menuju pertumbuhan ekonomi dan sekaligus pelestarian lingkungan, secara seimbang.”kata Rasmus
Hal ini senada dengan pernyataan Charge d’affaires a.i: Kedutaan Norwegia untuk Indonesia, Bjørnar Dahl Hotvedt bahwa dunia saat ini menghadapi persoalan sampah plastik yang terlalu besar jumlahnya. Norwegia secara internal telah memulai, dan semakin meningkatkan kualitas pengelolaan sampahnya.
“Kami ingin mengingatkan bahwa manajemen sampah membutuhkan komitmen dan kemitraan berbagai pihak, mulai dari tingkat individual di rumah tangga, hingga pemerintah dan pihak swasta. Indonesia dapat memulai implementasi konsep Ekonomi Sirkular-nya dari manajemen sampah, yang kami lihat berjalan dengan semakin baik di negeri ini, saat ini.”ungkap Bjørnar
Kemudian Sekretaris Jenderal PRAISE, Mignone Maramis menuturkan bahwa ICEF 2019 merupakan momen yang sangat tepat untuk mentransformasi sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi serta mengubah sikap dan perilaku publik tentang sampah. Menurutnya Ekonomi Sirkular juga menjadi kesempatan untuk mengubah cara antar pihak berkolaborasi dan mengintegrasikan kerjasama dengan lebih baik.
“PRAISE adalah asosiasi perusahaan produksi dan kemasan yang terdiri dari enam anggota yaitu Coca Cola, Danone, Indofood, Nestle, Tetrapak dan Unilever. Kita membantu pemerintah agar terintegrasi dan bersikesinambungan untuk memperkuat pengelolaan sampah di Indonesia. PRAISE saat ini telah bekerjasama dengan seluruh pihak terkait, misalnya bank sampah, TPS3R, pemerintah daerah, hingga kementerian dan lembaga. Indonesia dapat belajar dari berbagai praktik baik yang diimplementasikan oleh negara-negara maju, namun Indonesia perlu menyesuaikan dengan konteks situasi dan prioritasnya sendiri. Kami percaya konsep Ekonomi Sirkular merupakan satu jawaban yang sekaligus menyentuh manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan hidup di Indonesia.”paparnya (michell)