Jakarta, Lampungnews.com– Film Titian Serambut Dibelah Tujuh (Chairul Umam, 1982) ditayangkan dalam versi restorasi pada acara Ngabuburit Week on Cinema pada 22-28 April 2022 di berbagai bioskop CGV di Indonesia.
Berkisah tentang, sebuah negeri yang selalu berkabut, guru agama muda dari tempat yang jauh mulai bertugas dan menemukan fenomena perilaku masyarakat yang berlawanan dengan ajaran Islam. Titian Serambut Dibelah Tujuh adalah film kolaborasi antara dua tokoh besar perfilman Indonesia, sutradara Chairul Umam dan penulis skenario Asrul Sani.
Film ini adalah daur ulang dari film Asrul dengan judul sama tahun 1959, yang skenarionya ditemukan kembali oleh Chairul saat ia turut membantu Misbach Yusa Biran mendirikan Sinematek Indonesia.
Film ini terasa masih aktual dan relevan untuk zaman kiwari ini. Melampau
problematika individual, berbagai isu sosial, budaya, politik hadir di sini dan resonansinya menjadi metafora yang masih terasa hingga kini: tersebarnya fitnah dan berita palsu, oligarki desa yang dikuasai kaum munafik, masyarakat yang main hakim sendiri, dan ulama sepuh yang tak berdaya di tengah sistem yang korup, resonansi yang masih bergaung hingga sekarang yaitu kekerasan seksual dan kesehatan mental.
Titian Serambut Dibelah Tujuh, meraih Citra di Skenario Terbaik dan nomine Film Terbaik FFI dan Aktris Terbaik 1983 yang diperankan oleh Dewi Irawan. Film ini juga meraih Piala PWI Jaya
untuk Film Drama Terbaik.
“Berperan dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh sangat menantang dan diskusi bersama sutradara sangat mengasah otak. saat terlibat film itu saya baru lulus SMA. Film ini adalah
pembuktian diri bahwa saya bisa disebut “aktor” bukan bintang film”. Tutur Dewi Irawan saat berbincang dengan Ekky Imanjaya, kritikus film yang merupakan Board Member Madani International Film Festival, Minggu,(24/04/2022).
Selain Titian Serambut Dibelah Tujuh, Ngabuburit Week on Cinema juga menayangkan Jejak Langkah 2 Ulama, yang menceritakan perjalanan hidup 2 ulama besar nusantara, Kyai Haji (KH) Ahmad Dahlan dan Kyai Haji (KH) Hasyim Asy’ari, dan Merindu Cahaya De Amstel yang diangkat dari novel romansa religi, berkisah tentang seorang wanita yang menemukan cahaya Islam dan memutuskan menjadi mualaf. (*)