Bandarlampung, Lampungnews.com – Dua petinggi militer di Tanggamus memberikan pemahaman soal wawasan kebangsaan kepada 500 pemuda dalam acara halal bihalal Pemuda Lintas Agama, Minggu (16/7)
Kedua petinggi itu yakni Kapolres Tanggamus AKBP Alfis Suhaili dan Dandim 0424 Tanggamus Letkol (Inf) Hista Soleh Harahap. Hadir juga serta memberi materi, anggota DPD RI Anang Prihantoro.
Dilansir dari Tribratanews, acara bertajuk “Membingkai Kebhinekaan Menggalang Persaudaraan” juga dihadiri oleh Bupati Pringsewu Sujadi dan Wakil Bupati Pringsewu Fauzi serta Wakil DPRD Pringsewu Sagang Nainggolan beserta tokoh masyarakat di Gedung NU Kabupaten Pringsewu.
Selain memberikan materi wawasan kebangsaan, AKBP Alfis Suhaili menyampaikan terkait keamanan dan ketertiban, perbandingan kejahatan konvensional lainnya tahun 2016-2017 dikabupaten Pringsewu diantaranya, perjudian, penipuan, pencabulan, aniaya ringan, tipu gelap, narkoba, curas dan curat.
“Untuk itu kami berharap peran serta masyarakat dalam mewujudkan kabupaten Pringsewu yang aman, upaya yang perlu dilakukan dari hal kecil misalnya keluarga kita harus diterapkan pendekatan kesejahteraan, pendidikan, nilai-nilai agama, pemahaman wawasan kebangsaan kesadaran hukum agar menghasilkan masyarakat yang berkualitas atau masyarakat yang sadar hukum,” papar AKBP Alfis Suhaili.
Pada kesempatan tersebut pemuda sepakat untuk membingkai kebinekaan dan menggalang persaudaraan demi terciptanya kerukunan masyarakat Bumi Jejama Secancanan yang dituangkan dalam kesepahaman dan ditandatangani oleh ketua atau koordinator masing-masing organisasi dan komunitas, yakni GP Ansor, Pemuda Katolik, Perhimpunan Pemuda Hindu, Pemuda Budha dan Pemuda Kristen. Serta organisasi fans yakni Oi Pringsewu, Slank Fans Club, dan United Indonesia Chapter Pringsewu. Serta komunitas Vespa Bambu Seribu, Baron King Community Lampung, dan Komunitas Berbagi Nasi. Juga Rasimen Mahasiswa dan, Komunitas Reptil.
Ketua Panitia Halal Bihalal Frediyanto mengatakan bahwa saat ini masyarakat tengah dihadapkan dengan situasi nasional yang mengancam perpecahan dengan berkembangnya isu yang menumbuhkan radikalisme dan intoleran. Karena itu, menurut dia, organisasi dan komunitas ini mencoba membangun kebersamaan.
“Kami sadar bahwa perbedaan dan keberagaman yang ada itu merupakan kekayaan negara. Selain itu, perbedaan lah yang membentuk NKRI, yang terdiri dari bermacam suku, agama, ras dan golongan, yang terbingkai dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika dan Berdasar Pancasila, serta UUD 1945,” ujarnya. (*)