Lampungnews.com – Lebih dari 100 hari kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan berjalan, namun sampai hari ini kasus tersebut belum mendapatkan perkembangan berarti mengenai pelakunya alias jalan di tempat.
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu diserang sejumlah orang tak dikenal usai salat Subuh di Masjid Al Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Selasa (11/4).
Lambatnya perkembangan kasus penyiraman air keras ini sampai di telinga Presiden Joko Widodo sehingga dia memutuskan untuk mendapat keterangan langsung dari Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.
“Saya meminta masukan Kapolri dulu,” jawab Jokowi singkat di Cikarang, Jumat (28/7).
Menurut rencana Jenderal Tito akan menghadap Jokowi di Istana, Senin (31/7).
“Kemarin saya sudah menyampaikan ke Kapolri, besok (hari ini) mau menghadap,” kata Jokowi di Setu Babakan, Jakarta Selatan saat menghadiri Lebaran Betawi, dikutip dari CNNIndonesia.com Minggu (30/7).
Sejumlah lembaga swadaya masyarakat memang mengusulkan mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo itu turun tangan langsung menyelesaikan permasalahan yang merundung Novel Baswedan.
Desakan itu muncul salah satunya dari Koalisi Masyarakat Sipil Peduli Komisi Pemberantasan Korupsi yang mendesak presiden membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) independen untuk mengungkap kasus ini.
Hingga kini, polisi terus mendalami kasus itu dan sejumlah terduga pelaku sudah pernah diperiksa polisi tetapi dilepaskan kembali dengan alasan tidak ada bukti kuat.
Polisi sedikitnya sudah memeriksa 56 saksi, namun polisi belum mengetahui ciri-ciri pelaku penyiraman padahal saksi-saksi itu sudah dikonfrontir satu sama lain.
Perkembangan terakhir, polisi sudah menggambar tiga sketsa wajah orang diduga pelaku penyerangan.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, ada tiga sketsa wajah berbeda yang dibuat polisi. Sketsa-sketsa wajah tersebut diduga kuat merupakan pelaku teror terhadap Novel.
Hasil sketsa itu, kata Argo, nantinya akan ditunjukkan kepada para saksi.
“Sudah, sudah disketsa. Nanti kami konfrontasikan dulu sama saksi,” kata Argo kepada wartawan, Kamis (29/6).
Meski demikian, sketsa itu nantinya hanya akan digunakan untuk melengkapi keterangan saksi-saksi guna mengetahui identitas pelaku.
“Nanti kami lihat dulu itu akurat atau belum. Kalau sudah akurat baru kami cari. Kan ada berbagai proses maupun cara yang dilakukan penyidik untuk melakukan penelusuran,” ujarnya.
Polda belum berencana menyebarhasil sketsa wajah tersebut ke publik karena sketsa itu disebut masih akan dikonfirmasi dengan saksi.
“Kalau memang sudah betul seperti itu, tidak masalah. Tapi kalau nanti kurang ini, kurang itu, kan perlu perbaikan semua,” katanya.
Tak cuma publik, KPK pun berharap kepolisian dengan cepat mengungkap kasus ini dengan menangkap pelaku sehingga bisa diketahui motif penyerangan tersebut.
“Sebagaimana yang dijanjikan Tim Kapolda dan Pak Kapolri, kami harap penyerang Novel segera ditemukan,” kata Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarief, Kamis (20/7).
Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto menilai, kerja penyidik Polda Metro Jaya dalam mengungkap teror ini belum menunjukan perkembangan yang signifikan dan memuaskan karena banyak pernyataan dari pihak kepolisian yang berjanji segera mengungkap pelaku, namun tak pernah terealisasi hingga hari ini.
Atas dasar itu, Bambang mengatakan perlu dibentuk tim pencari fakta independen untuk membongkar kasus yang menimpa Novel. Namun ia mengaku heran dengan sikap pemerintah yang lamban merespons ide pembentukan tim pencari fakta independen.
“Kenapa pembentukan Tim Pencari Fakta Independen tidak disetujui sebagai alternatif solusi, dan terkesan malah digembosi,” tegasnya.
Peristiwa penyiraman air keras terhadap Novel terjadi 11 April 2017. Ia disiram air keras oleh orang tak dikenal usai melaksanakan salat Subuh di masjid dekat rumahnya di Jakarta Utara .
Akibat siraman air keras itu Novel mengalami luka parah pada kedua matanya dan hingga kini dia masih menjalani perawatan di Singapura.
Meskipun polisi telah memeriksa sejumlah orang yang dicurigai sebagai pelaku teror, belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka.
Dalam wawancaranya dengan majalah Time, Novel mengatakan, ada keterlibatan petinggi Polri dalam teror penyiraman keras itu.
Namun, kepolisian menyatakan, belum ada indikasi keterlibatan aparat dalam kasus penyiraman Novel.
“Mudah-mudahan tidak ada, kalau ada kita sidik,” ujar Argo.(*)