Bandarlampung, Lampungnews.com –-Sejumlah negara Arab menyesalkan langkah Amerika Serikat yang memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB), Senin (18/12)). Veto AS terhadap rancangan resolusi DK PBB telah diduga sebelumnya, lantaran berisi penolakan terhadap pengakuan Presiden Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Rancangan resolusi yang disponsori Mesir itu didukung sepenuhnya oleh seluruh 14 anggota DK PBB, kecuali AS. Dalam draf resolusi itu, DK PBB meminta AS membatalkan keputusan kontroversialnya itu. Dubes AS untuk PBB, Nikki Haley, bahkan menyebut rancangan Resolusi DK PBB itu sebagai penghinaan terhadap negara adi daya tersebut.
Seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu, sejumlah negara seperti Mesir, Palestina, Kuwait, Qatar, dan Turki telah buka suara mengenai veto AS itu. Juru bicara kantor kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeina, mengecam veto AS tersebut dengan menganggap langkah itu sebagai tindakan yang mencela komunitas internasional dan konsesi terkait pendudukan serta agresi Israel.
Rudeina menegaskan bahwa veto akan semakin mengisolasi AS dari komunitas internasional. Dia juga menuturkan veto tersebut merupakan sebuah provokasi terhadap komunitas internasional.
Senada dengan Palestina, Mesir menganggap eto AS itu tidak mengindahkan hati nurani masyarakat internasional yang satu suara menolak keputusan Presiden Trump soal Yerusalem.
“Mesir prihatin terhadap veto yang menggagalkan keputusan penting yang mengindahkan hati nurani masyarakat internasional dan secara terbuka menolak pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” kata juru biara Kementerian Luar Negeri Mesir, Abu Zeid, Selasa (19/12).
Abu Zeid menyatakan negara-negara Arab di DK PBB akan kembali merencanakan langkah alternatif untuk melindungi status Yerusalem.
Kuwait turut menyayangkan veto yang digunakan AS dalam sidang DK PBB Senin malam itu. “Perlawanan terhadap langkah unilateral AS yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel menunjukkan bahwa kita tidak sendiri, dan perhatian kita saat ini adalah dunia yang bebas,” kata ketua parlemen Kuwait, Merzuk Ali El Ganim.
El Ganim mengungkapkan terima kasih kepada Mesir sebagai negara sponsor yang mengajukan draf resolusi itu ke DK PBB. Dia mengatakan walau tak lolos, resolusi itu merupakan referendum internasional.
Sekretaris Jenderal Serikat Akademis Muslim Internasional (IUMS) yang berbasis di Qatar, Ali Karadaghi, menggambarkan veto AS itu sebagai “teror dan tantangan” bagi seluruh negara di dunia.
Turki pun, sebagai salah satu negara vokal menentang keputusan Trump, menyesalkan veto AS tersebut dengan menganggap bahwa langkah AS itu memberi indikasi hilangnya objektivitas di lembaga internasional seperti DK PBB.
“Kami sesalkan draf resolusi soal Yerusalem yag diajukan ke DK PBB diveto oleh satu suara yang menentang 14 suara lainnya yang seluruhnya mendukung resolusi itu,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki. “Langkah veto AS ini menunjukkan sekali lagi bahwa negara itu tidak lagi memiliki objektivitas,” kata Turki.
Seusai menggunakan veto dalam sidang DK PBB, Dubes AS Nikki Halley menyatakan bahwa negaranya tidak bisa didikte soal di mana harus membangun kedutaan. Dia menyatakan rancangan resolusi penolakan terhadap langkah Trump memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem itu sebagai penghinaan kepada Amerika Serikat.(*)