Lampung Selatan, Lampungnews.com – Kemarau panjang yang terjadi di sejumlah daerah membuat para petani karet bersedih. Selain harga karet murah ditambah produksi getah dari sadapan batang karet sangat sedikit.
“Sedih, biasanya satu kali sadapan sampai ada yang semangkok penuh, sekarang beberapa tetes saja, bahkan ada yang enggak sampai netes ke mangkok dah kering,” kata Harmo, penyadap karet di Kecamatan Tanjungsari Lampung Selatan, Selasa (22/10/19).
Dia menyebutkan biasanya sekali panen atau tiga hari sekali mendapatkan uang sebesar Rp400 ribuan sekali panen, sekarang hanya kisaran Rp100 ribu karena tanaman karet kurang mengeluarkan getahnya akibat kemarau.
“Sehari cuma ke-gaji Rp30.000, untuk keperluan orang rumah aja kurang, apalagi untuk anak sekolah dan lainnya,” keluhnya.
Harga getah juga, kata dia tidak naik-naik hanya kisaran Rp6.500 per kilogram untuk getah karet basah (panen langsung jual), sementara karet kering (inapan sepekan lebih) hanya kisaran Rp7.500 per kilogram.
Petani setempat lainnya, Nanang juga meengeluhkan hal yang sama, getah karet murah dan produkai karet sangat sedikit akibat kemarau.
Tidak sebanding pendapatan dengan tenaga yang dikeluarkan penyadap berangkat setiap hari.Sementara pengeluaran untuk keluarga lebih banyak kebutuhannya.
“Ya misal kita pendapatannya 2, pengeluaran 5, ya enggak sebanding, belum untuk biaya anak-anak sekolah,” ujar dia.
Oleh karena itu, kata dia, untuk menambah pendapatan dirinya mencari pekerjaan lainnya sambil menunggu produksi getah normal saat musim hujan nanti.
“Kalau ada kerjaan lebih menghasilkan saya tinggal, sementara libur menyadap karet, tanaman karet juga banyak yang ga mengeluarkan getah,” tambahnya.
Ia berharap musim hujan segera tiba agar produksi karet kembali normal, begitu juga dengan harga karet diharapkan membaik karena harga rendah ini sudah bertahun-tahun lalu.
“Beberapa tahun lalu karet basah sampai Rp15.000 per kilogram, lalu anjlok sampai sekarang terus dibawah Rp8.000 perkilogram,” tambahnya.(crz)
Foto : Ilustrasi (Ist)