• Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Redaksi
Lampungnews.com
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Bandar Lampung
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Lipsus
  • Lifestyle
  • Lampung Foto
  • Video
  • Advetorial
  • Home
  • News
    • Bandar Lampung
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Lipsus
  • Lifestyle
  • Lampung Foto
  • Video
  • Advetorial
No Result
View All Result
Lampungnews.com
No Result
View All Result

Lada, Harta Karun Dunia Kebanggaan Lampung yang Kian Meredup

Alian by Alian
21 November 2019
in Liputan Khusus, News
0
SHARES
542
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Bandarlampung, Lampungnews.com — Lada, disebut juga Merica/Sahang, dengan nama latin piper nigrum adalah tanaman yang kaya akan kandungan kimia, seperti minyak lada, minyak lemak, juga pati. Lada bersifat sedikit pahit, pedas, hangat, dan antipiretik (Wikipedia).

Sebuah hasil penelitian oleh Risfaheri (2012) menunjukkan bahwa mengonsumsi lada hitam dapat membantu mengontrol lemak dalam darah dan membantu mengatasi masalah pencernaan.

Di Indonesia sendiri, dari tahun 1970-an, produksi lada cenderung terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016, produksi lada Indonesia adalah sebesar 86334 ton, dan pada tahun berikutnya, tahun 2017, produksi lada meningkat sebesar 87991 ton. Berdasarkan grafik, Provinsi Lampung merupakan penghasil lada kedua terbesar di Indonesia, dan merupakan provinsi penghasil lada hitam terbesar di Indonesia.

Sekitar 52% areal perkebunan lada, terdapat di Lampung dan Bangka Belitung, sisanya terdapat di provinsi lain, terutama Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara, yang merupakan sentra produksi baru. Akan tetapi, belakangan ini, produktivitas lada di Lampung terus menurun dari 499 kg/ha pada tahun 2016, menjadi 449 kg/ha pada tahun 2017.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung Dessy Desmaniar mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pengurangan lahan area lada yang diakibatkan faktor kekeringan, serangan penyakit busuk pangkal batang, hama penggerek batang dan buah serta konversi areal lada baik untuk tambang maupun maupun komoditas lain seperti sawit dan karet. Karena permintaan lada hitam yang sangat banyak tetapi produksinya tidak mencukupi permintaan, maka pemerintah melakukan impor lada hitam.

Pada tahun 2017, kabupaten/kota di Lampung yang memiliki produksi lada terbesar adalah Kabupaten Lampung Utara dengan total produksi 3520 ton dan menyumbang hingga 25% produksi lada di Lampung. Kabupaten/kota produsen lada terbesar kedua di Lampung adalah Kabupaten Lampung Barat dengan total produksi 3021 ton dan menyumbang 22% produksi lada di Lampung.

Jika dilihat dari jumlah petani, Kabupaten Lampung Utara memiliki jumlah petani lada terbanyak di Lampung, yaitu 16743 orang petani. Kemudian di posisi kedua, ada Kabupaten Way Kanan yang memiliki petani lada sebanyak 15285 orang.

Jika kita melihat data total produksi dan jumlah petaninya, dapat dilihat Kabupaten Way Kanan memiliki petani terbesar kedua di Lampung, namun produksinya tidak lebih besar dari Lampung Barat yang memiliki petani lada hanya 7680 orang saja.

Bila dihitung, pada tahun 2017, rata-rata seorang petani di Lampung mampu menghasilkan 0,41 ton lada per orang. Namun, petani Way Kanan hanya mampu menghasilkan 0,12 ton lada per orang. Hal ini sungguh disayangkan mengingat banyaknya petani lada di Way Kanan.

Tetapi, pemerintah Kabupaten Way Kanan sedang berupaya terus meningkatkan hasil panen dan kualitas lada dengan memberikan bimbingan pengembangan pemberdayaan kelembagaan bagi petani setempat agar bisa meningkat hasil panennya, serta harga jualnya semakin meningkat, kata Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Way Kanan, Bani Aras.

Diharapkan, Kabupaten Way Kanan menjadi pendongkrak bagi Lampung untuk bisa tetap menjadi penghasil lada hitam terbesar di Indonesia.
Ketua Dewan Rempah Indonesia (DRI) Wilayah Lampung, Untung Sugiyatno, mengatakan ada beberapa langkah dan kegiatan DRI Wilayah Lampung dalam upaya membantu pemerintah mengembalikan kejayaan rempah-rempah tanah air, termasuk lada.

Untung mengatakan, akan melakukan koordinasi dan konsultasi dengan DRI Pusat, termasuk juga dengan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. “Kami juga akan mensosialisasikan penerapan GAP (Good Agricultural Practice), GHP (Good Handling Practice), dan GMP (Good Manufacturing Practice) kepada petani lada di Lampung,” ujar Untung.

Berkaca dari negara importir lada hitam terbesar Indonesia, Vietnam. Pada tahun 90-an, Vietnam belajar mengembangkan tanaman lada di Indonesia. Namun, tidak sampai 15 tahun kemudian, mereka telah mengalahkan Indonesia sebagai eksportir utama lada dunia.

Mereka berhasil memacu peningkatan produktivitas lada menjadi sekitar 2,5 – 32 ton/ha/tahun. Angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas lada Indonesia yang masih kurang dari satu ton/ha/tahun. Hal ini dikarenakan mereka sudah menerapkan teknologi yang canggih dalam produksinya.

Mereka saat ini sudah melakukan pengembangan dan modifikasi teknologi budidaya, sehingga lada dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan produktivitas yang stabil. Hal ini patut mendapat perhatian di Indonesia.

Upaya yang dapat dilakukan, selain memberikan penyuluhan kepada petani, adalah mengembangkan inovasi-inovasi diversifikasi produk berbasis lada dan meningkatkan kualitas produk lada. Atau bisa juga melakukan pengembangan modifikasi budidaya dengan memanfaatkan keunikan biologis lada dan karakteristik tanaman lada, ujar Syakir yang memperoleh gelar Doktor Agronomi dari Institut Pertanian Bogor pada 2005.

Dengan begitu, diharapkan produksi lada di Indonesia, khususnya Lampung, akan memberikan dampak yang positif terhadap produksi lada dan mengembalikan kejayaan lada Indonesia yang sempat meredup. (*)

Penulis : Febby Risandini, Mahasiswa Politeknik Statistika (STIS) Jakarta

0
SHARES
ShareTweet
Previous Post

Festival Akhir Tahun Kebutuhan Ibu, Bayi dan Anak-Anak di Indonesia, IMBEX 2019 (Maternity, Baby & Kids Expo)

Next Post

Rycko Menoza Gagas Akses Internet Gratis untuk Masyarakat Bandarlampung

Related Posts

IFN Indonesia Dialogues 2025 Siap Digelar, Bahas Masa Depan Keuangan Syariah di Indonesia

17 Mei 2025
6

Mensos Gus Ipul: Lebih dari 9.000 Calon Siswa Terdaftar di Sekolah Rakyat 

16 Mei 2025
6

PRIMA Dukung Kebijakan Presiden Prabowo Wujudkan Pasal 33 UUD 1945

7 Mei 2025
24

LPPOM MUI Dorong Sertifikasi Halal Ratusan Tempat Penggilingan Daging di Indonesia 

6 Mei 2025
11
Next Post

Rycko Menoza Gagas Akses Internet Gratis untuk Masyarakat Bandarlampung

Rycko Menoza : Warga Pinggiran di Bandarlampung Butuh Sentuhan Pembangunan

IU Gelar Konser Pertama Kalinya Di Jakarta Pada 28-29 Desember Mendatang

Buka-bukaan, Ini Tips Sehat Rycko Menoza yang Jarang Orang Tahu

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA ACAK

Bandar Lampung

Arus Balik Mulai Ramaikan Terminal Rajabasa

28 Juni 2017
46
Nasional

Heboh, Beredar Video Pengakuan Skandal Seksual Sinta dengan Ridho

2 Juni 2018
829
Daerah

Polri Akan Bentuk Densus Tipikor di Daerah

31 Desember 2017
63
Nasional

Seni Khas Gayo Tari Saman, Meriahkan Pembukaan TMMD Ke-99 Tahun 2017

10 Juli 2017
41
Hukum

Nah Lho, Pencuri Ini Disidang di Kantor Empunya Rumah

23 November 2017
40
Lampungnews.com

Copyright@2019

Lampungnews.com adalah salah satu portal berita yang menyuguhkan informasi berkualitas, dalam bentuk berita tulis/teks, berita foto maupun video. Dengan tagline Dinamis dan Inspiratif. Kami hadir selama 24 jam atau 7 hari dalam sepekan.

  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Redaksi

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Bandar Lampung
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Peristiwa
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Lipsus
  • Lifestyle
  • Lampung Foto
  • Video
  • Advetorial

Copyright@2019