Bandarlampung, Lampungnews.com – Tak punya pengalaman dan tak pernah mencoba, hanya bermodalkan desakan kawan-kawannya, Reodin atau yang lebih akrab disapa Diding ini nekad membuat gitar elektrik. Namun sayangnya, gitar pertama buatan tangannya justru berbuah tertawaan rekan-rekannya.
Berawal dari desakan dan tertawaan, Diding terus belajar secara otodidak membuat gitar elektrik sebagai bukti kecintaannya terhadap alat musik petik satu ini. Tiga tahun terus mencoba, gitar buatannya mulai sempurna dibuat. Hingga akhirnya usaha yang digeluti sejak jaman krisis moneter atau tepatnya pada tahun 1997 hingga sekarang, ratusan gitar telah ia ciptakan dengan tangan dinginnya.
Pria berumur 41 tahun ini mengaku sejak awal usahanya selalu menekuni gitar elektrik dan enggan menggarap gitar akustik yang justru banyak dicari di pasaran. Alasannya sederhana, gitar elektrik sangat mudah dibuat, mulai dari bahan baku hingga tahapan finishing.
Sedangkan gitar akustik tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi dan harus memiliki ketelitian lebih saat membuatnya.
Buah dari keseriusannya pun mulai terlihat, pada tahun 2012 para gitaris ternama di Lampung mulai mempercayakan gitarnya ke tangan Diding. Sebut saja sang maestro gitar Indonesia asal Sai Bumi Ruwa Jurai, Firman Al Hakim, yang selalu memesan gitar elektrik kepada Diding.
Dari tangan dinginya, kayu mahoni dan kayu maple bisa disulap menjadi gitar elektrik dalam kurun waktu satu minggu. Gitar yang ia buat hanya gitar khusus yang dipesan sang empunya, ia belum mau membuat pasar khusus sendiri untuk gitar cantik buatannya.
Untuk satu gitar ia biasanya membandrol dengan kisaran harga Rp 2,5 juta hingga Rp 6 juta, tergantung dari aksesoris yang digunakan pada gitar tersebut. (El Shinta)