Bandarlampung, Lampungnews.com – Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bandarlampung (FIK UBL) mendigitalisasi tiga tarian Tanggamus yang hampir punah menggunakan teknologi 3 Dimensi (3D). Digitalisasi ini untuk membantu pelestarian tiga tarian tersebut.
Tiga tarian tradisional Tanggamus itu yakni Tari Kipas Saibatin, Tari Igol, dan Tari Naga Bejelung. Ketiga tarian ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1700-an. Digitalisasi ini dilakukan oleh tim dari Program Studi Teknik Informatika (Prodi TI).
Kepala Prodi TI Marzuki mengatakan, sebelum mendigitalisasi tim mencari data dan fakta otentik di lapangan seperti wawancara pemuka adat dan praktisi tari. Tim juga mengunjungi dan mendokumentasi Museum Mini Sanggi Unggak, yang menyimpan berbagai peninggalan kuno Kerajaan Sai Batin Way Semaka, Tanggamus.
“Kami akan rangkai gerakan tari lewat aplikasi virtual 3D disertai saran-pesan sang tokoh, termasuk memperlihatkan berbagai koleksi peninggalan sejarah tersisa. Sebagai bentuk pembelajaran bagi generasi masa depan,” jelasnya, kemarin.
Rencananya, semua hasil kegiatan ini akan diluncurkan pada Selasa (11/4) mendatang dalam pesta adat masyarakat setempat.
Dosen Prodi TI Maria Shusanti Febriyanti menjelaskan, digitalisasi ini menggunakan teknologi 3D Kinect Version 2. Teknologi ini mampu merekam langsung secara detail gerakan tari yang diselaraskan dengan alunan musik pengiring. Alat ini dapat pula merekam, dan menganalisis langsung 25 titik objek anggota tubuh, yang memiliki berbagai nilai observasi.
“Dengan alat ini kita tidak hanya menonton tarian dengan musik secara virtual. Tapi melihat langsung tokoh animasi penarinya dengan lekuk tubuh lengkap. Kedepan, hasil alat ini tidak hanya menjadi dokomentasi. Tapi dapat dioper kebanyak objek. Seperti animasi 3D, Humanic Robotika,atau dokementasi tersimpan berbentuk video maupun angka. Jadi publik, akademisi dan pihak peneliti dapat mengukur ketepatan pergerakan tari secara tepat,” katanya.
Kepala Pekon Sanggi Unggak, Abu Sahlan mengapresiasi langkah pelestarian UBL di bidang seni tari dan berbagai budaya barang peninggalan sejarah Kerajaan Way Semaka, dengan menggunakan aplikasi teknologi komputer.
“Kami gembira, seni dan budaya ini sekarang mendapat perhatian untuk dilestarikan pihak perguruan tinggi. Memang seni budaya ini semua, ada turun menurun. Tapi, harus diakui bersama, kurang dilestarikan karena berbagai faktor. Mulai kondisi keamanan, politik, ekonomi, hingga kehidupan sosial,” kata penerus Kerajaan Way Semaka generasi ke-13 bergelar Pangeran Punyimbang Khatuk Semaka ini.
Dia menjelaskan, ketiga tarian asal Teluk Semaka ini sangat erat nilai historis dari Kerajaan Skala Brak Kuno, Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Banten. Tiga tarian itu pun memiliki gerakan, nilai filosof serta makna tarian yang berbeda-beda.
“Semua tarian ini sifatnya sakral, karena diadakan untuk pertemuan maupun pesta begawi adat Sai Batin. Para penarinya termasuk orang pilihan pihak kerajaan ataupun utusan pekon (kampung), masih anggota keluarga (kerajaan). Mereka diutus memikul perwakilan wilayah,” katanya.
Bedanya, tari igol dilakukan perpasangan diatas nampan, dengan perempuan memegang 2 kipas dan lelaki 1 kipas. Tari naga bejelung dilakukan dua penari lelaki memperebutkan piring. ”Tari kipas Sai batin, ada unsur pencak silat ini dilakukan 2- 6 penari lelaki, masingnya menggunakan 2 kipas,” paparnya. (Michella)