Jakarta, Lampungnews.com – Pengamat Ekonomi Universita Indonesia Faisal Basri mengkritik kinerja ekonomi pemerintahan Joko Widodo yang pencapaiannya sejauh ini jauh dari target-target di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Perlambatan ekonomi selama tiga tahun terakhir dinilai sebagai buktinya.
“Laporan pemerintah Indonesia memang hebat, nomor tiga di dunia, tetapi dibandingkan dengan RPJMN justru semakin kacau,” kata Faisal Basri seperti dikutip dari Antara, Sabtu (22/10).
Apabila mengacu pada RPJMN, pemerintah memasang target rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,9 persen selama periode 2015-2019. Untuk tahun depan, idealnya ekonomi nasional tumbuh 7,1 persen dan ditargetkan naik menjadi 7,5 persen pada 2018 dan 8 persen pada 2019.
Namun implementasinya, pemerintah hanya berani memasang target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada 2017. Sementara pada 2018 dan 2019 hanya naik tipis masing-masing menjadi 5,5 persen dan 6 persen.
Menurut Faisal, perencanaan ekonomi seperti ini tidak bagus. Terlebih, Bank Dunia melaporkan, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia sejak 2013 hingga 2015 turun signifikan, dari sebesar US$12 ribu menjadi US$10 ribu.
“Ujung tombak selama ini adalah investasi swasta, bukan dari program pemerintah, namun hal tersebut justru diganggu terus, alhasil pertumbuhan kredit terus turun hingga 6,8 persen,” katanya.