Bandar Lampung, Lampungnews.com – Serupa tapi tak sama. Mungkin kalimat tersebut cocok disandingkan dengan kehidupan para kera yang hidup di Taman Hutan Kera dan kera yang dipelihara sebagai topeng monyet.
Meski sudah munculnya pelarangan mengeksploitasi binatang, namun masih ada saja oknum yang memanfaatkan kepintaran binatang tertentu seperti kera atau monyet untuk dijadikan mesin pencari uang. Sebelum diterjunkan menjadi ‘artis’ monyet-monyet ini biasanya dilatih terlebih dahulu oleh pawangnya.
Bukan menjadi sebuah rahasia, jika saat latihan si monyet akan mengalami kekerasan fisik seperti dipukul, dipecut, hingga tidak diberi makan sampai berhasil menguasai gerakan yang diinginkan sang pawang.
Jika dianggap sudah layak tampil, si monyet harus berlenggak-lenggok layaknya manusia di depan para penonton dan memungut pundi-pundi rupiah yang dilemparkan.
Nasib serupa mungkin juga dialami ratusan monyet yang tinggal di Taman Hutan Kera, Bandar Lampung. Meski tak terkekang jeratan tali dan mendapat pecutan dari sang pawang, namun para kawanan kera ini hidup dalam keterbatasan.
Meningkatnya jumlah kera setiap tahunnya dipastikan akan mengurangi pasokan makanan yang sebelumnya bisa didapatkan sendiri dalam hutan. Belakangan kawanan kera sudah berani masuk ke pemukiman rumah warga sekitar hanya untuk mengharapkan lemparan buah, kacang, atau makanan lainnya.
Ironisnya, pertumbuhan para kawanan kera ini sempat dianggap terlalu banyak sehingga Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kota Bandar Lampung merencanakan akan mengibiri ratusan kera yang hidup di sana.
Beruntung, rencana pada tahun 2015 tersebut ditolak keras oleh Wali Kota Bandar Lampung Herman HN karena dianggap jumlah populasi kera yang ada di sana masih sangat sedikit.
Meski terus dianggap sebagai objek wisata di Kota Bandar Lampung, namun makanan ratusan kera yang hidup di Taman Hutan Kera hanya bergantung pada nominal anggaran yang diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung yang kabarnya kurang dari Rp 10 juta per tahunnya. (El Shinta)